Dia yang Berhasil Mengalihkan



Dia yang Berhasil Mengalihkan


Hari itu, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia. Seorang lelaki berparas tinggi, kurus namun tak kerempeng, berjambul tipis, dan berlengan kemeja panjang yang dilipat hingga ke siku. Penampilannya sangat sederhana, mahasiswa program studi pendidikan dokter yang udah hampir 2 tahun berada satu gedung denganku. Namun, setelah hampir 2 tahun berada satu gedung, hari itu untuk pertama kalinyalah aku bertemu dengannya. Tak ada kata yang terucap karena memang kami tidak mengenal satu sama lain, tak ada tatap menatap karena memang itu hanya pertemuan sekedar melihat atau sekedar berjumpa dalam satu lorong ruang kuliah di lantai yang sama. Tak terbesit sedikitpun kata untuk berkomentar dengannya saat itu, namun ada rasa yang tak ku sangka akan hadir. Yaaa, rasa dimana aku sedang berada dekat dengan pria yang sudah 6 tahun aku simpan semua hal tentangnya. Aku merasa bahwa pria (sebut saja AR) memiliki kepribadian yang mirip atau bahkan sama dengan dia (DZRD). Yaa, hanya itu komentar ku tentang AR.

Pertemuan kedua masih ku ingat, pertemuan di dalam auditorium fakultasku. Aku dan beberapa temanku hadir di seminar kesehatan yang ternyata AR bergabung dengan UKM sang penyelenggara. Di dalam auditorium itu pula, untuk pertama kalinya aku mendengar bagaimana bentuk suaranya. “diisi aja yang bagian depan”, begitu katanya kepadaku dan beberapa temanku. Aku kenapa? Dia hanya mengucapkan kata yang biasa, tapi disitu aku sangat ingin melihat wajahnya tanpa harus menatapnya. Tetap berjalan mencari bangku kosong, seolah mengendalikan keinginannku untuk melihatnya. Ketika sudah duduk, aku menoleh ke tempat dimana dia duduk, mengalihkan pandangan ketika tau dia sadar aku perhatikan. Pertemuan keduapun singkat, karena hanya sebatas pertemuan yang tak disengaja.

Hari semakin berlalu, setiap kali bertemu dengannya keadaannya selalu sama. Bertemu ketika dia turun tangga atau bertemu ketika dia selesai kuliah, keluar dari kelas dan hendak pergi entah kemana. Tapi disetiap pertemuan itu, ada perhatian kecil yang aku berikan tanpa aku sadari. Dan aku selalu berharap akan selalu melihat wajahnya setiap kuliah. Paling tidak sampai kami masih diiizinkan untuk berada dalam satu atap gedung fakultas.

Suatu hari, aku berbagi cerita dengan temanku dari prodi yang sama dengannya. Bukan menceritakan dia, tapi menceritakan hal lain hingga ada fase dimana aku mengetahui salah seorang ‘bad boy’ dari prodinya. Kalimat yang menarik yang diceritakan temanku adalah “mendingan juga AR daripada xxxxxxx”. Disana aku bertanya, siapa AR? Aku hanya diberi gambaran karena aku memang belum pernah mendengar namanya sekalipun. Dan petunjuknya hanyalah dia bermotor ninja merah. Cerita tentang AR membuat aku penasaran dan kepengen tau, siapa si AR? Apa si yang membuat dia lebih mending dibandingkan xxxxxxx yang selama ini diidolakan oleh banyak kaum hawa farmasi angkatanku?

Engga tau kenapa, aku selalu merasa cowok yang aku anggap memiliki kepribadian yang sama dengan DZRD adalah AR. Entah karena aku terlalu senang setiap kali melihat cowok itu, dan timing penasaranku tentang AR yang pas atau aku aja yang sotoy? Satu-satunya orang yang aku ceritakan tentang ini adalah AL, temanku yang punya hobby stalker. Dia kepo juga rupanya, dan dia juga berpikir hal yang sama denganku bahwa cowok itulah si AR. Waktu terus berjalan, dan akhirnya kitapun tau dan dugaan kitapun benar. Dialah cowok bernama AR.

Aku sangat penasaran dengan semua hal tentangnya. Aku coba mencari tau melalui akun sosial medianya. Betapa terkejutnya, dia dari keluarga yang bisa dikatakan sangat berpendidikan. Namun penampilannya yang sederhana dan sikapnya yang biasa serta cerita dari temanku yang mengatakan dia “bad boy” telah mampu menutupi itu semua.

Sungguh, lidah yang tidak bertulang ini bisa saja bohong dengan merangkai kata-kata yang indah, tapi aku percaya bahwa hati tidak bisa seperti lidah walau sama-sama tidak bertulang. Yaaa, tidak bisa dipungkiri. Aku mengagumi AR. Bukan hanya dari cerita tentang temanku mengenai dia, melainkan aku sangat merasa bahwa kepribadianmu sangat mirip dengan DZRD. AR selalu bisa menggantikan posisi DZRD ketika pikiranku sedang semua hal tentang DZRD. Tak bisa bohong, AR bisa mengalihkan DZRD dari pikiranku. Ketika AR sedang rapat atau sekedar kumpul dengan UKMnya, aku selalu bisa melihat hal lain dibalik kesederhanannya. Tapi aku tak bisa ungkapkan apa yang aku lihat itu. Aku merasa ada hal tersembunyi dibalik sikap dingin yang ia tunjukkan. Ya Allah, engkau ciptakan dia sebagai makhluk yang penuh teka-teki bagiku, dan engkau izinkan aku bertemu dengannya seperti dahulu saat aku bertemu dengan DZRD.

Kini, baru saja ku dengar bahwa engkau terpilih menjadi ketua UKM yang kau geluti sejak SMA dahulu. Kini kau memimpin sebuah organisasi kecil dengan tanggung jawab yang besar. Aku hanya bisa mengucapkan selamat. Selamat atas jabatanmu. Semoga amanahmu dapat berjalan dengan penuh tanggung jawab dan diberkahi Allah SWT. Selamat pria sederhana, aku harus berkata bahwa aku bangga padamu dan aku ingin mengenalmu lebih jauh. Menjawab teka-teki yang tersembunyi dibalik kesederhanaanmu, dengan tau yang sebenarnya dari lidahmu sendiri. Semoga Allah izinkan itu, Aamiin... Kesederhananmu itu, sungguh mengajarkan bahwa langit tak perlu memberitau bahwa ia tinggi, dan laut tak perlu memberitau bahwa ia luas.

Komentar