15th APPS: Keinginan
Lama yang Terwujud
“Tahun
depan APPS akan dilaksanakan di Malaysia, buat teman-teman yang memang tertarik
bisa mendaftarkan diri....” itulah sepenggal kalimat yang dikatakan pembicara
saat menyampaikan materi IPSF di kegiatan LK 1 ISMAFARSI UIN Jakarta 3 tahun
lalu. Malaysia? Luar Negeri? Membesarkan almamater? Bukankan itu yang aku
inginkan? Namun, bisakah itu terwujud?
Setelah kegiatan LK 1 ISMAFARSI tersebut, aku
mulai merancang untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpiku saat masih duduk di bangku
kuliah. Salah satunya adalah membesarkan almamaterku, UIN Jakarta dan
menginjakkan kaki di negeri orang. Well, ku
mulai menyusun strategi, dan menjadi delegasi ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa
Farmasi Seluruh Indonesia) untuk APPS (Asia Pacific Pharmaceutical Symposium)
mungkin menjadi salah satu cara mewujudkan impian tersebut.
2014,
APPS dilaksanakan di Malaysia. Namun, saat masa pendaftaran seleksi delegasi
itu datang, ku urungkan niat ini karena berpikir bahwa “siapalah aku? Hanya
mahasiswa baru dengan impian yang bahkan aku sendiri peseimis untuk
mewujudkannya. Tak ada kontribusi yang bisa diberikan untuk orang disekitar”.
Yaa, terbilang ‘anak bawang’ saat akhir tahun 2013, maka ku akhiri semua
persiapan mengikuti seleksi delegasi ISMAFARSI untuk APPS di Malaysia.
Setelah
mengurungkan niat untuk mendaftar tahun lalu, ku tak pernah berhenti menjadi
‘stalker’ foto-foto kegiatan APPS di Malaysia. Hingga tiba kembali pembukaan
pendaftaran seleksi untuk delegasi ISMAFARSI di Thailand. Permasalahan dana
membuat aku kembali mengurungkan niat untuk mendaftar. Padahal berkas
pendafataran telah selesai dibuat dan siap dikirim. Cerita masa lalu kaka
senior yang gagal berangkat membuat aku semakin pesimis untuk bisa mewujudkan
mimpiku ini. Dana? Aku terlalu berkecil hati dengan menganggap bahwa tidak ada
dana tidak bisa berangkat. Keinginan dan persiapan 2 tahun ternyata tidak
sebanding dengan tabungan yang aku miliki. Segitu boroskah aku sampai nabung 2
tahun saja tidak bisa mewujudkan impian ke luar negeri?
Well, aku coba bersabar. Ketika sudah
sangat pesimis dengan keyakinan bahwa APPS bisa menjadi jawaban untuk
mewujudkan impian, secercah cahaya kembali bersinar dan itu adalah kabar bahwa
ISMFARSI akan menawarkan diri menjadi tuan rumah APPS tahun 2016. Pesaingnya
adalah Korea Selatan. Sayangnya ketika melakukan bidding, kabar buruk didengar oleh telingaku bahwa APPS 2016 akan
dilaksanakan di Korea Selatan. Disitu aku bingung. Bisa dikatakan bahwa 2016
menjadi kesempatan terakhirku untuk bisa ikut APPS sebagai delegasi ISMAFARSI,
mengingat aku harus menunaikan kewajibanku yaitu mendapat gelar S.Far di tahun
2017.
Aku
coba memecah kebingungan dengan tanya-tanya seputar dana ke berbagai orang.
Mulai dari kaka senior, teman di program studi lain, teman dari universitas
lain, prodi, hingga ke wakil dekan kemahasiswaan. Darisanalah ku temukan
jawaban yang mengobarkan semangat ku untuk bisa melanjutkan proses-proses yang
sempat tertunda. Yaaa, kampusku bisa memberikan bantuan dana, bahkan bisa full funding dan coba ke sponsor tidak
boleh ditinggalkan.
Sekitar
akhir tahun 2015, pembukaan seleksi delegasi ISMAFARSI untuk APPS ke-15 tahun
2016 dibuka. Berkas tahun-tahun sebelumnya yang pernah ku buat, coba ku cek dan
kaji kembali. Dugaan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara ku
catat dan ku perkirakan pula jawabannya. Informasi untuk pencairan bantuan dana
dari kampus ku telusuri. Semua telah siap, 20 Januari 2016 ku daftarkan
berkasku yang berupa formulir, cv, motivation
letter, dan surat pernyataan. Tak menunggu lama, official account ISMAFARSI mempublish
delegasi terpilih untuk 15th APPS dan namaku menjadi salah satu yang
ada di poster tersebut. Senang? Pasti! Dengan adanya namaku dalam poster
tersebut, satu langkah menjadi delegasi ISMAFARSI untuk APPS telah tercapai. Namun
diri ini tidak boleh larut dalam kesenangan tersebut karena masih ada
langkah-langkah lain yang harus dilewati untuk bisa benar-benar memastikan
bahwa aku mendapatkan ID Card sebagai delegasi.
Setelah
melihat pengumuman tersebut, aku contact
staff ahli terkait untuk menanyakan kapan jadwal wawancaraku. Namun apa yang ku
dengar? Ya Allah... sungguh nikmatmu tidak dapat di dustakan. Nama-nama dalam
poster tersebut disampaikan telah menjadi delegasi ISMAFARSI untuk 15th
APPS di Korea Selatan. Aku dinyatakan lolos tanpa harus mengikuti tahap wawancara.
Esokan
harinya, aku mengurus pencairan dana yang akan diberikan kampus untuk ku. Ku
kira, aku hanya akan mendapatkan bantuan dana dari program studiku saja dengan
jumlah bantuan maksimal yang bisa diberikan kepada mahasiswa. Alhamdulillah
pihak rektorat bisa juga memberikan bantuan dana tersebut. Namun, tidak mudah
untuk bisa mencairkan dana dari rektorat kampus. Kurang lebih 5 bulan aku
mengurusnya. Jenuh? Iya! Ku berjuang sendiri bolak balik ke gedung
kemahasiswaan yang letaknya dari fakultasku membuat rasa malas terus singgah
dalam diri, terlebih jadwal kuliah yang tidak bisa di pause membuat aku mencuri-curi waktu untuk bisa ke gedung
kemahasiswaan, dan amanah baru yang aku pikul saat itu melengkapi kesulitanku
dalam mobilisasi dari kampusku ke
seberang sana. ‘Emang gak ada yang anterin?’ ENGGA! Pakai kendaraan menuju
kesana harus muter-muter, mana mau teman-temanku serepot itu membantu. Mmm...
sudahlah tak usah dibahas. Dengan mereka yang masih mau mendengarkan keluh
kesah ku setelah berkunjung ke gedung kemahasiswaan saja aku sudah bersyukur
karena kepenatan sedikit hilang, walau aku tau sebenarnya mereka tidak ingin
mendengar keluh kesah tersebut.
5
bulan ngapain aja? 5 bulan emang bentar tapi kalau kalian yang jadi aku pasti
bakalan bilang kalau itu lama dan ribet. Proposal ku sempat salah berkali-kali
hingga harus diganti agar bisa diterima. Lalu ketika datang ke gedung
kemahasiswaan, orang yang ingin ditemui tidak ada. Menunggu lama, tak kunjung
datang. Lalu setelah bertemu, dioper-oper ‘temui bapak ini, temui ibu ini’.
Yaaa gitu-gitu aja dah terusss, but I
tried to enjoyed it. Sabar ajaa, namanya juga birokrasi. Dan buah dari
kesabaranku bisa ku nikmati saat waktunya tiba. Bantuan dana ku terima H-7
keberangkatan atau H-2 sebelum libur hari raya idul Fitri (walau setengahnya
diberikan setelah LPJ diserahkan). Ketar ketir ku menunggu dana cair, karena
khawatir tidak jadi berangkat karena dana untuk kedua kalinya.
Selain
mengurus pencairan dana, 5 bulan juga ku isi dengan mencari-cari sponsor. Namun
hingga waktunya berangkat tiba, aku tidak dapat sponsor dari perusahaan. Ku
yakini hal tersebut sebagai kurangnya usaha, untuk membuang jauh-jauh pikiran
negatif bahwa aku bukan dari universitas sebelah yang lebih ‘hangat’ di telinga.
Selain itu, 5 bulan juga ku harus mempersiapkan berkas dan mengisi form-form pendaftaran yang disediakan pihak panitia.
Terlalu banyak form yang harus diisi
untuk bisa menikmati setiap rangkaian kegiatan. Form tersebut terkait registrasi, jadwal kedatangan dan kepulangan,
pilihan workshop, fieldtrip, recreation dan form-form lain. Aku juga mempersiapkan
bahan untuk lomba yaitu poster dan presentasinya.
5
bulan juga ku gunakan untuk browsing
Korea Selatan karena aku tidak tahu menahu tentang negeri tersebut.
Satu-satunya hal yang aku tau adalah penduduknya bermata sipit dan mayoritas
non muslim. Ku pelajari semua hal tentang Korea Selatan (kecuali hangul) untuk bisa menikamati setiap
sudut negeri tersebut.
5 bulan setelahnya, 7 Juli 2016 aku
berangkat menjadi delegasi ISMAFARSI untuk 15th APPS di Korea
Selatan. Allahu Akbar. Ini mimpiku
yang sejak lama aku inginkan, dan berkat terwujudnya mimpiku ini, aku juga
dapat membesarkan nama almamater dan turut berperan dalam pencapaian capacity strenghtening UIN Jakarta yang sedang berupaya mewujudkan diri menjadi world class university (WCU) 2026. Thank’s for
all, and for everything :).
Komentar
Posting Komentar