STORY ABOUT 15th APPS (Part-4)
“Berbahagialah
ia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan
maju karena pengalamannya sendiri”
-
Pramoedya Ananta Toer -
Pilihan Workshop yang
Membingungkan
Hallo semuanyaaaaa!!!! I’m come back. Aku mau cerita kelanjutan
kegiatan yang ada di APPS Korea Selatan kemarin. Dan yang sekarang akan aku
ceritain itu adalah tentang Workshop apa saja yang aku ikuti setelah
berkali-kali menunda isi form, ada juga kampanye dan kegiatan seru lainnya. Check this
out!
Dalam rangkaian kegiatan APPS, juga
dihadirkan pilihan workshop untuk
menambah pengetahuan peserta. Saat mengisi form
peserta workshop, aku bingung karena
tema di workhop yang dihadirkan
semuanya menarik. Workshop merupakan
kegiatan mendengarkan penjelasan dari pemateri yang dilanjutkan dengan diskusi
dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Untuk membuat diskusi semakin menarik dan
hidup, maka digunakan atribut-atribut diskusi. Ketika diskusi dalam kelompok
kecil tersebut, komunikasi terjadi sehingga saling mengenal antara peserta pun
semakin erat. Workshop sifatnya wajib
namun peserta dapat memilih workshop
yang sesuai dengan ketertarikan karena pilihan materi workshop yang berbeda
dalam bidang ilmu kefarmasian serta waktu yang diadakan secara bersamaan.
Setiap harinya terdapat 3-4 topik workshop yang dapat dipilih peserta.
Pilihan topik pada workshop pertama adalah How to control emerging infectious disease
with antiviral drugs yang disampaikan oleh profesor fakultas farmasi
Universitas Dongguk, yaitu Choong-Ho Lee. Topik pilihan lain adalah Introduction of PIC/S and Accession of MFDS
to the PIC/S yang disampaikan oleh Mi-Seop Choi sebagai asisten direktur
kementerian keamanan obat dan makanan. Lalu ada workshop Public Health Show yang menjadi presentasi lomba poster public health, dipimpin langsung oleh regional project officer APRO IPSF yaitu
Kimmy dan pilihan topik terakhir adalah Pre-patient
Counseling workshop yang sekaligus menjadi technical meeting lomba patient
counseling, disampaikan langsung oleh Eric So selaku Honorary Life Member IPSF. Dari ke empat pilihan topik tersebut,
akhirnya aku memutuskan untuk memilih topik public
health show karena harus mempresentasikan poster public health yang ku buat. Padahal, workshop tentang konseling juga sangat ingin aku ikuti.
Untuk workshop kedua, topik yang ada diantaranya adalah Emerging Infectious Disease and Pharmacist
yang disampaikan oleh Sung-Min Kim selaku direktur Korea International
Cooperation for Infectious Disease (KOICID). Lalu topik Pharmacovigilance, Public
Health Show yang kembali dipimpin oleh Kimmy, dan Pre-Clinical Skills Event. Lagi dan lagi aku harus memilih public health karena ternyata aku
mendapatkan urutan presentasi ke tujuh dimana memaksaku untuk tetap berada di
kelas public health workshop. Workshop tentang CSE dan pharmacovigilance membuatku bingung
ketika harus menentukan pilihan workshop yang
kedua.
With Kimmy, Regional Project Officer IPSF-APRO 2015-2016 |
Workshop
yang ketiga menawarkan topik Characterization
of biological function for antibody drugs yang disampaikan oleh Sung-Hwan
Kim selaku Biological Assay Team Leader
CELLTRION, topik Trends of technology for
antibody-based therapeutics development yang disampaikan oleh Young-Sun
Sohn selaku profesor dan CEO dari Suwon University Abcontek Inc, dan Workshop Good Pharmacy Practice Education
yang disampaikan oleh Mian Zhang dari IPSF. Dalam sesi workshop ini, aku
memilih Good Pharmacy Practice Education
karena memang diriku yang tertarik dengan farmasi praktis ataupun farmasi
klinis. Selain itu, aku juga pernah mengikuti workshop GPPed ketika di PIMFI Bandung tahun 2015, jadi ku kira
mungkin bisa semakin menambah pengetahuanku dalam bidang yang sama.
With Mian, President IPSF-APRO 2014-2015 |
The
next workshop memiliki penawaran topik berupa Medical Beauty Trend in Asia yang disampaikan oleh Angie Kim
sebagai presiden Allergen, topik Korean
Music and Musical Instrument yang disampaikan oleh Da-Young Lee dari Seoul
National University, topik K-Pharm is
rising, past and present yang disampaikan oleh Hun-Woo Shin selaku direktur
Korea MSD, dan topik Communication Skill
of Pharmacist yang disampaikan oleh Mian Zhang dari IPSF. Dalam sesi
workshop ini, aku memilih topik Communication
Skill of Pharmacist karena topik tersebut sangat berkaitan dengan
ketertarikanku di bidang klinis ataupun komunitas. Ketika hendak menentukan
topik dalam workshop ini, aku dilema
banget karena semua topik menarik untuk diketahui. Korea yang terkenal dengan
kosmetik dan boyband and girlband
tentu membuat aku juga ingin mengetahuinya dengan jelas. Sayangnya workshop disajikan di waktu yang
bersamaan.
My simply discussion in Workshop |
Workshop
terakhir yang ditawarkan adalah topik Antimicrobiotic
Resistance yang disampaikan oleh Nathan Ting dari IPSF APRO, topik IPSF External Partner yang disampaikan oleh
Brian Wong dari IPSF, dan topik Student
Exchange Officer yang disampaikan oleh Peter Lin dari IPSF APRO. Dalam sesi
ini aku memilih workshop Student Exchage
Officer karena tertarik dengan Student
Exchange Programme yang ditawarkan oleh IPSF dan menurutku ini dapat diinformasikan
ke kampus untuk dipublikasikan setelah kembali dari kegiatan APPS. Ketiga topik
workshop tersebut juga membuat dilema
karena aku juga tertarik dengan perkembangan resistensi antimikroba dan tentang
relasi-relasi yang ada di IPSF. Tapi karena melihat kedepannya, aku rasa
memilih workshop student exchange bisa bermanfaat untuk teman-temanku di
Universitas nanti.
With Peter, RRO IPSF-APRO 2015-2016 |
Kampanye Antimainstream
Jadi kampanye yang aku ikuti ini
tentang penyuluhan dan peringatan untuk tidak merokok. Kalian semua tahu kan
perbandingan antara manfaat dan kerugian kalau kita merokok? Andaikan
keuntungan dan kerugian dari merokok bisa ditimbang, bakalan dengan jelas
terlihat kemana timbangan itu akan turun drastis karena keberatan. Mmmm.... aku
sih sekarang bukan mau menjelaskan
tentang keuntungan dan kerugian merokok, karena aku percaya kalian lebih cerdas
akan hal itu.
Kampanye kesehatan ini dilakukan di
salah satu tempat yang ramai dikunjungi masyarakat Korea Selatan yang merokok.
Kalau dari booklet yang diberikan
panitia, sebenarnya ada 3 lokasi yang akan dijadikan tempat dan sasaran
kampanye yaitu Munhwa Park, Lake Park, dan Hwa Jung Station. Tapi tempat yang
bener-bener aku gunain untuk kampanye sepertinya bukan itu nama tempatnya (aku
juga lupa, maafin L).
Deskripsi tempatnya secara singkat itu seperti taman kota yang luas (tapi gak
ada tamannya dan tidak seperti lapangan juga) yang dikelilingi oleh
gedung-gedung tinggi dan dekat dengan pusat perbelanjaan berbentuk ruko-ruko.
Tempat Kampanye |
Sebelum melakukan kampanye, aku prepare dulu bersama peserta lain.
Kampanyenya dibagi menjadi banyak kelompok (lupa juga berapanya). Menurutku,
kampanye yang aku lakukan kali ini terbilang unik karena aku harus menghafalkan
lagu dan dance tentang ‘jangan
merokok’. Ternyata Korea Selatan yang terkenal dengan musiknya terutama boyband memanfaatkan artis-artis
tersebut untuk mengkampanyekan sesuatu yang positif, salah satunya
mengkampanyekan larangan merokok lewat lirik lagu dan dance. Kayanya cara kaya gitu mesti ditempuh juga gak sih sama
Indonesia? Daripada manaikkan elektabilitas dengan gosip yakan hahaha :D back to topic. Kalian jangan berpikir
karena kampanye ini dilakukan di Korea selatan sehingga membuat teknis kampanye
dengan song and dance yahhh :D karena
teknis seperti ini memang dilakukan oleh IPSF-APRO ketika kampanye berlangsung.
Selain bernyanyi dan menari, aku juga mempersiapkan bahan kampanye dari karton
tebal dan foto-foto terkait rokok dan akibatnya. Serta kalimat-kalimat
persuasif dengan bahasa Korea (agar mudah dimengerti masyarakat) layaknya
kampanye yang dilakukan di Indonesia. Darimana aku tau maksud dari tulisan
hangul yang akan ditempel? Mmm, jadi di tiap kelompok pasti ada peserta dari
Korea dan juga ada mentor yang mendampingi sehingga aku bisa menyusun Hangul
dengan tepat.
Membuat atribut kampanye |
Pas waktu kampanye tiba, pertama aku
bersama seluruh peserta membuat formasi untuk mulai bernyanyi dan menari
bersama. Kami melakukannya berkali-berkali (surely,
ini juga supaya hasil videonya bagus). Setelah itu, kami menyebar untuk
menghampiri orang-orang Korea yang sedang merokok di tempat umum. Oh iya,
kenapa tema kampanye merokok? Itu karena bisa dilihat bahwa konsumen rokok di
Korea termasuk tinggi (walau tak setinggi konsumen di negeri ini). Saat kami
menghampiri masyarakat yang sedang merokok, ada masyarakat yang langsung membuang
batang rokok tersebut, namun ada juga yang mengejek dengan tidak membuang
puntung rokok. Kami berusaha membujuk untuk ‘si perokok’ agar menghentikan
kegiatan merokoknya. Selain itu, ada juga games
sederhana untuk meramaikan kampanye ini yang dimainkan oleh anak-anak
kecil, berupa bowling dengan pin berbentung batang rokok.
Actually,
antara campaign dengan
foto-fotonya harus aku akui lebih banyak foto-fotonya. Terlepas dari itu semua,
aku mengambil pelajaran dari campaign
yang aku ikuti di kegiatan APPS ini. Yaitu kampanye harus dikonsepkan dengan
baik dan semenarik mungkin untuk mencuri perhatian masyarakat. Setidaknya untuk
membuat masyarakat melirik apa yang sedang kita lakukan (entah itu terlihat
unik atau aneh) :D.
Aneka Ragam Kegiatan Malam Keakraban
Dalam rangkaian kegiatan APPS, tidak
melulu kegiatan diisi dengan hal-hal yang berbau farmasi lohhhh. Karena
kegiatan ini Internasioanal dan membangun relasi masing-masing peserta, maka
ada juga banyak kegiatan tentang malam keakraban atau yang biasa disebut dengan
themed social event.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan setiap malamnya dengan tema yang berbeda-beda.
Kegiatannya benar-benar santai dan fun
banget. Tema kegiatan tersebut diantaranya korean
night, international night, free
night, auction night, and gala dinner.
Korean
Night, sesuai namanya yang berarti kegiatan ini berisi all about Korea. Di kegiatan ini, aku diperkenalkan dengan kebudayaan, tradisi, games, dan makanan Korea. Dalam perkenalan budaya, panitia
mempersiapkan sebuah drama tentang pernikahan antar negara dengan cara
tradisional Korea. Alunan musik, bahasa, pakaian, dekorasi dan semua-muanya
bernuansakan Korea dan ramai dengan warna merah, hingga dresscode yang diwajibkan adalah merah sesuai dengan warna khas
budaya Korea. Saat drama ditampilkan, panitia-panitia yang memerankan drama
menggunakan pakaian tradisional Korea yaitu Hanbok. Tak sedikit peserta APPS
yang histeris melihatnya dan keinginan untuk berfoto karena ketampanan dan
kecantikan panitia. Yang harus diingat, aku gak ikutan histeris yahhhh karena
memang tidak terlalu fanatik dengan tipe-tipe orang Korea. Tapi ketika foto,
aku ikutan untuk menambah koleksi foto hehehehe.
Setelah menyaksikan drama, aku
diajak untuk mencicipi makanan khas korea seperti Tetobokki (semoga
penulisannya benar), dan makanan-makanan lain yang aku sulit mengingat nama
makanannya. Untuk menikmati makanan dan minuman yang ada, aku diberikan 3 buah tiket
yang bisa ditukarkan dengan makanan secara free,
namun jika ingin mencicipi makanan lebih dari itu, aku tetap bisa mencobanya
namun dikenakan biaya. Lalu ada juga games-games
yang bisa aku ikuti, dan jika menang 3 jenis games yang berbeda maka hadiah snack
Korea bisa ditebus. Sayangnya aku gak berhasil memenangkan 3 jenis games jadi tidak bisa menembus snack tersebut. Korean Night sukses membuat aku larut dan menyukai budaya negeri
ginseng.
Tetobokki |
Malam lainnya, social themed bertemakan International
Night. International Night merupakan
kegiatan dimana para peserta memperkenalkan dan menunjukan kebudayaan
masing-masing dari tiap negara, seperti tarian tradisional dan pakaian
tradisional. Selain itu, acara ini juga
merupakan acara untuk mempromosikan pariwisata dari negara asal peserta. Untuk Indonesia sendiri, kami menampilkan
tarian daerah khas Sumatera Barat, Yogyakarta, dan DKI Jakarta yang dipadukan
lalu diakhiri dengan goyang duyu bersama mengajak peserta lain. Dari penampilan
itu, kami menerima banyak sekali applaus
dari peserta, dan aku bisa melihat sendiri betapa peserta dari negara lain
menikmati penampilan kami. Bahkan penampilan kami menjadi salah satu penampilan
terbaik malam itu. Setelah penampilan selesai, dilanjutkan dengan joget bersama diiringi musik bernada
semangat layaknya di tempat hiburan malam (ini anggapan bagi aku yang suka
melihat hal tersebut di film). Bahkan, acara joget disempurnakan dengan ‘minum’ bagi mereka yang terbiasa dan
membawanya dari negara asal. Alhasil, untuk pertama kalinya juga aku melihat
orang mabuk sampai mengeluarkan isi perut di depan mata (maafin kalau ini dosa,
tapi aku gak ikutan minum ko).
Penampilan Indonesia |
Penampilan Indonesia |
Australia |
Turkey |
Taiwan |
Singapore |
New Zealand |
Malaysia |
Algeria |
Korea |
Thailand |
Di International Night, juga disediakan booth-booth untuk memamerkan kebudayaan yang ada dari negara asal. Indonesia
menyajikan berbagai macam makanan khas dari beberapa provinsi di Indonesia, snack wajib hari raya, serta terdapat
pula merchandise khas Indonesia. Semua
peserta dapat mengunjungi booth dari
negara lain dan mencicipi yang dihidangkan secara free. Pakaian yang digunakan juga merupakan pakaian khas dari
negara asal. Makanan yang dihidangkan di booth
Indonesia laku keras. Kalau selama ini aku hanya mendengar bahwa kekayaan
ragam budaya Indonesia tidak kalah saing di mata dunia, namun malam itu, aku
melihat dengan mata sendiri.
Indonesia |
New Zealand |
Malaysia |
Algeria |
Sudan |
Thailand |
Malam lainnya, aku diberikan waktu
untuk free night. Ini bukan kegiatan
dalam konteks yang negatif, melainkan panitia mencoba memberikan ruang dan
waktu agar peserta bisa menikmati keindahan Korea Selatan di waktu malam.
Peserta dibebaskan untuk pergi kemanapun. Aku sendiri bersama beberapa teman
dan guide (peserta Korea) mengunjungi
pusat perbelanjaan di daerah Seoul. Ada kejadian tidak terlupakan saat aku
pergi memanfaatkan waktu free night. Karena
kami kembali dari pusat perbelanjaan terlalu malam, maka kami diturunkan dari subway di salah satu stasiun karena itu
sudah sangat malam. Dan menunggu kereta terakhir sangat lama sehingga kami was
was tidak bisa kembali ke asrama wkwkwk.
Malam lainnya juga terdapat kegiatan
social night yaitu auction night. Auction Night merupakan kegiatan pelelangan barang-barang yang
dibawa oleh peserta dari berbagai negara se-Asia Pasifik. Dana yang didapatkan dari
hasil lelang dipergunakan untuk kegiatan sosial yang ada di IPSF. Itu adalah
kegiatan lelang yang menakjubkan yang pernah aku temui. Bagaimana tidak, barang
dari Indonesia yang harganya hanya puluhan ribu rupiah bisa berubah menjadi
ratusan ribu rupiah ketika di lelang. Belum lagi minuman keras, hanbok yang
harganya mencapai jutaan. Dan lebih gilanya lagi adalah seorang peserta pria
yang berasal dari Australia berani menawarkan dirinya untuk diajak kencan dan
harga satu juta lebih menjadi harga terakhir yang diputuskan. Its Crazy!!! Di pelelangan tersebut, ada
barang yang memang diperebutkan untuk dibeli, ada pula yang kurang peminat.
Ketika ada barang yang menarik untuk dibeli, maka calon pembeli main
‘kode-kodean’ untuk saling meyakinkan agar tidak menambah jumlah uang karena
khawatir akan kalah harga. Dalam pelelangan tersebut, aku tidak ikut berperan
sebagai pembawa barang ataupun pembeli, hanya sekedar menyaksikan pelelangan
barang saja. Kegiatan Auction Night
juga diikuti oleh kegiatan K-Pharm Star,
yaitu suatu lomba unjuk kemampuan dalam hal menyanyi, menari, ataupun bermain
musik secara individu maupun kelompok.
Malam terakhir kegiatan social night berupa gala dinner. Gala dinner merupakan acara perpisahan para delegasi
yang telah mengikuti kegiatan APPS ke-15 ini. Kegiatan ini berupa makan malam bersama delegasi lain
yang berasal dari berbagai negara, dilaksanakan di Kintex Goyang, Korea
Selatan. Tempatnya seperti JiEXPO yang ada di Jakarta hehehehe. Dalam makan
malam tersebut, aku sempat dikejutkan dengan penyajian makanan dimana makanan
halal dan haram benar-benar tersaji berdampingan. Kegalauan timbul karena aku
lapar dan di satu sisi uangku untuk membeli makan di luar tidak cukup L Hunting foto dalam kegiatan gala night tidak boleh terlewatkan.
Selain itu, dalam kegiatan tersebut juga tampil pertunjukkan taekwondo dan
permainan alat musik Korea seperti suling yang indah didengar.
Unic Design |
Taekwondo Perform |
Dari berbagai kegiatan themed social night yang ada, honestly aku lebih suka kegiatan International night karena bisa mengenal
budaya banyak negara. Dalam setiap kegiatan themed
social night, wajib banget buat kita untuk selalu berkenalan, berkomunikasi
dan mencari tahu segala hal agar pertemuan serta kegiatan yang diikuti lebih
terasa manfaatnya.
Kegiatan Hiburan yang
Memiliki Esensi
Kegiatan
hiburan yang dimaksud adalah kegiatan non farmasi di luar themed social night. Yang aku rasakan dan aku simpulkan, ada dua
kegiatan yang termasuk kegiatan hiburan namun tetap memiliki esensi, yaitu recreation and field trip. Untuk
kegiatan recreation sendiri ada
berbagai jenis kegiatan yang ditawarkan, yaitu play with foreign friends, painting in folding fans, dan making a hwabi. Karena sadar kalau tidak
ahli dalam bidang seni dan tidak kreatif, maka aku memilih play with foreign friends. Kegiatannya hanya bermain games dan hanya satu games yang dimainkan. Setelah tau bahwa
yang dilakukannya seperti itu, dan melihat hasil fans and hwabi, aku jadi menyesal tidak memilih painting in folding fans ataupun making hwabi. Terlebih games yang dimainkan adalah tarik
tambang.
Tim Kuning |
Sementara untuk kegiatan field trip, peserta dibagi menjadi lima
kelompok dengan tujuan yang berbeda-beda karena kuota lokasi tujuan yang
membatasi banyaknya peserta APPS yang ikut. Tujuan dari field trip tersebut antara lain
Kelompok
1 : Yuhan Coorporation, dan Yuk-gur-ri
Conventional Market
Kelompok
2 : Daewoong Pharmaceutical Company,
dan Imjingak DMZ
Kelompok
3 : Ministry of Food and Drug Safety
(MFDS), dan CJ Health Care Osong Factory
Kelompok
4 : DongKuk Ilsan Medical Center,
Seooreung Royal Tomb, dan Haengju Fortress
Kelompok
5 : National Cancer Center (NCC),
Won-Dang Conventional Center, dan Ilsan Lake Park
Dari ke-5 kelompok tersebut, aku masuk
ke kelompok B dengan tujuan Daewoong Pharmaceutical Company dan Imjingak DMZ. Sebenarnya
ketika mengisi form, aku memilih hospital tapi ternyata masuknya ke industri. Sebelum
mengunjungi Daewoong Pharmaceutical Company, aku terlebih dahulu mengunjungi
Imjingak DMZ dikarenakan berangkat menuju lokasi pagi hari sementara perusahaan
belum menerima kunjungan saat kami kesana. Imjingak DMZ merupakan sebuah
kawasan militer Korea Selatan yang terletak di Paju, Korea Selatan. Kawasan ini
bisa dikatakan pangkalan militer yang memang sengaja pula dijadikan rekreasi.
Disini, juga terdapat area khusus yang langsung menuju perbatasan darat dan
laut antara Korea Selatan, dan Korea Utara. Pemandangan di Imjingak tidak
terasa seperti pangkalan militer, melainkan lebih terasa sebagai taman
rekreasi. Tidak lama berada di Imjingak DMZ, siang harinya aku melanjutkan
kunjungan ke Daewoong Pharmaceutical Company.
Daewoong Pharmaceutical Company
merupakan perusahaan farmasi Korea Selatan yang secara global dan menjadi salah
satu kelompok di Daewoong Group. Perusahaan farmasi ini memproduksi produk obat
biologi. Contoh produknya adalah Nobota dan Eposis. Aku berkesempatan
mengunjungi bagian pengemasan dan distribusi obatnya. Disana aku melihat secara
langsung bagaimana obat dipisahkan sesuai pesanan dengan menggunakan alat, yang
kemudian di cek keasliannya dan dilakukan pengemasan. Lalu obat di
distribusikan dengan transportasi khusus. Dari perusahaan ini, aku juga
mendapatkan informasi terkait open
recruitment pegawai. Industri Daewoong yang melakukan produksi berada di
Korea Selatan, Cina, dan Indonesia. Namun, saat ini perusahaan besar tersebut
sedang melakukan proses perizinan agar dapat melakukan penelitian produknya di
Indonesia tepatnya di Surabaya serta menjadikan Jakarta sebagai kantor
pemasaran. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, maka perusahaan Daewoong
mencari farmasis asal Indonesia. Mungkin kalian nanya kenapa Daewoong yang
menjadi tujuan kunjungan industri peserta? Simple
answer, mereka menjadi donatur besar di kegiatan APPS ini :)
Alat Sterilisasi Gelas |
Well, itu
adalah ceritaku setelah kembalinya dari Korea Selatan mengikuti kegiatan APPS. Mungkin
sedikit terlambat untuk berbagi tapi semoga dengan adanya cerita ini menjadikan
pembaca yang punya keinginan sama atau serupa bisa menambah wawasan tentang kegiatan
APPS, terutama terbayang apa saja yang harus disiapkan dan terbayang manfaat
yang dapat dirasakan. Selain sharing
melalui tulisan, aku juga mencoba dan mengajak teman-teman dan adik-adik di
farmasi UIN Jakarta agar berkeinginan untuk melanjutkanku menjadi delegasi
Internasional. Aku benar-benar tidak mau delegasi untuk kegiatan luar biasa
seperti ini berhenti di aku. Usia almamater ku yang terbilang muda, membutuhkan
banyak pengalaman dan kontribusi mahasiswanya untuk bisa maju dengan pesat dan
bersaing secara global, terlebih cita-cita mulia kampus yang ingin menjadi world campus university 2026 kelak.
InsyaAllah aku berusaha memberikan kontribusi itu untuk almamaterku dan untuk
membesarkan almamaterku. Ya Allah,
bantulah aku :)
*Untuk kalian yang mau tau lebih banyak bisa hubungi aku di zuha_yuliana@yahoo.com atau kepoin fotonya di Fb ku yaitu Zuha Yuliana
Komentar
Posting Komentar