STORY ABOUT 15th APPS (Part-3)
“Berbahagialah
ia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan
maju karena pengalamannya sendiri”
-
Pramoedya Ananta Toer -
Teknis Simposium yang
Berbeda
Simposium pertama yang aku ikuti
adalah scientific symposium. Di APPS,
ada berbagai jenis simposium, mulai dari scientific,
education, cultural and humanistic. Namanya juga acara simposium, jadi yang
menjadi inti kegiatannya adalah simposium. Kegiatan simposium ini sebenarnya
wajib untuk seluruh peserta, namun karena tidak ada sanksi bagi peserta yang
tidak mengikuti kegiatan simposium, maka boleh-boleh aja peserta gak ikut asal
gak ketauan hehehe. Berbicara tentang simposium di kegiatan ini, teknisnya
berbeda dengan di tanah air. Disini simposium hanya mendengarkan pemaparan dari
sang pemateri yang kemudian diberikan kesempatan untuk tanya jawab, tanpa ada
grup kecil untuk diskusi. Miriplah dengan seminar yang ada di Indonesia.
Pembicara menyampaikan materinya dengan bahasa Inggris (sure, because this is International Event), jadi jangan khawatir
kalian gak paham si pembicara ngomong apa. Pembicara juga megang catatan gitu
untuk membantu kalau sulit menjelaskan.
Perbedaan lainnya dalam simposium
adalah pembicara cenderung stay di
podium selama memberikan materi. Kalau di Indonesia kan lebih sering ditemui
pembicara yang mondar mandir atau berdiri diantara peserta. Podiumnya juga
jangan dibayangkan seperti podium untuk speech
yang ada di Indonesia, dengan hanya disediakan microfon untuk bicara. Di Universitas Dongguk, podium yang
disediakan memiliki komputer tidur juga, sehingga memudahkan pembicara melihat
materi yang akan beliau sampaikan. Podiumnya aja beda yakan, lebih canggih.
Emang negara maju sih hehehehe....
Scientific
Symposium terdiri dari dua sesi. Topik Scientific
Symposium tahun ini adalah “Infectious
Disease and the role of Pharmacist”. Dalam simposium tersebut, pemateri
menjelaskan terkait penyakit infeksi yang terjadi di beberapa negara di Asia
Pasifik dan bagaimana seorang farmasis berperan mengontrol permasalahan
penyakit infeksi tersebut. Materi tersebut juga menjelaskan terkait pencegahan
penyakit infeksi sesuai dengan guideline
dari WHO.
Sesi pertama scientific symposium disampaikan oleh Mun-Gi Sohn yang merupakan
menteri keamanan obat dan makanan (di Indonesia jabatan tersebut setara dengan
kepala BPOM). Beliau menyampaikan materi terkait MFDS’s role of infectious disease as a gate keeper. Perbedaan lain
yang aku rasakan dalam simposium itu adalah peserta tidak diberikan handout materi. Jadi aku harus
mendengarkan serius jika ingin mendapatkan ilmu lebih dan mencatatnya, karena
tergolong pembelajar yang visual. Sesi kedua dalam scientific symposium disampaikan oleh Jae-Ouk Kim yang merupakan
peneliti dari institut vaksin internasional. Beliau menyampaikan materi Vaccine Research for developing countries:
International Vaccine Institue.
![]() |
Mun-Gi Sohn |
![]() |
Jae-Ouk Kim |
International
Vaccine Institute (IVI) adalah organisasi non profit yang didirikan untuk
menangani kesehatan anak di negara berkembang dengan meningkatkan penggunaan
vaksin, baik itu vaksin baru maupun vaksin yang telah ada atau yang telah
dikembangkan. Organisasi ini berkolaborasi dengan komunitas peneliti ilmiah Internasional,
organisasi kesehatan masyarakat, pemerintah dan industri sehingga IVI terlibat
dalam semua sektor vaksin. Mulai dari desain vaksin baru dalam labolatorium,
pengembangan vaksin dan evaluasi vaksin di lapangan sehingga produksi vaksin
akan tetap tersedia terutama di negara yang lebih membutuhkan. Program
penelitian di lab IVI terfokus pada cholera,
shigella dan thypoid.
Simposium
berikutnya yang aku ikuti adalah educational
symposium. Educational Symposium
dilaksanakan di hari ke-4, dengan topik “Biomedicine, which will lead the future health care market”.
Mungkin kalian bingung kenapa temanya juga ilmiah. Tapi jika kalian
mendengarkan, perbedaan antara scientific
symposium dengan educational
symposium terletak pada dasar materinya. Di Scientific symposium aku merasa bahwa yang disampaikan berdasarkan
penelitian yang pernah ada. Sementara di educational
symposium, yang disampaiakan berdasarkan ilmu yang ada. Disini, aku dapat
memperbarui informasi dan ilmu terkini tentang biomedik, isu kefarmasian, dan
peranan farmasis dalam kesehatan dan pengobatan di masyarakat sekitar dengan
pengobatan yang efektif dan efisien. Karena pemateri berasal dari perusahaan
farmasi, maka dijelaskan pula terkait jaringan perusahaan obat biomedik secara
internasional dan jenis-jenis perusahaan.
Sesi pertama educational symposium disampaikan oleh Young Mi-lee yang merupakan
direktur utama PT. Hanmi Pharm Co,Ltd. Beliau menyampaikan materi tentang Challenges and Future of the Hanmi Bio
R&D. Perusahaan farmasi
Hanmi fokus dalam pengembangan terapi obat baru dengan teknologi LAPSCOVERY
untuk produk obat biologis. Dengan meningkatkan separuh kehidupan peptida obat
dalam sistem, peptida-peptida LAPSCOVERY dalam sistem akan memiliki profil
terapi yang baik dengan regimen dosis yang fleksibel seperti digunakan dalam
satu minggu sekali atau satu bulan sekali. Dengan meminimalisir sistem
kekebalan, bio LAPSCOVERY di desain agar dapat mempercepat efek terapi dengan
memperbaiki kualitas kesehatan pasien dan regimen dosis yang menyenangkan.
Terapi obat baru bio LAPSCOVEY sekarang ini telah memasuki tahap klinis di
beberapa negara termasuk Korea Selatan, USA, dan Eropa.
Sementara sesi kedua disampaikan
oleh Byoung-In Jung yang merupakan Sr. Manager dari Samsung Bioepis. Beliau
menyampaikan materi Bio-similar and its
regulatory approval. Produk
obat biologi memiliki molekul yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan
produk kimia. Kompleksitas dari produk biologi, membuat produk serupa biologi (biosimilar) tidak dapat diproduksi
dengan teknologi saat ini. Konsep biosimilar
memiliki aturan yang berbeda dengan produk biologi aslinya sehingga aturan
dalam proses produksi produk biosimilar masih terbatas. Untuk dapat dikatakan
sebagai produk biosimilar, dibutuhkan
penelitian dan pengembangan yang serius dari kualitas taksiran untuk studi
klinis.
Byoung In-Jung |
Simposium lain yang aku ikuti adalah
cultural symposium. Simposium ini
menarik karena tidak berhubungan dengan kefarmasian melainkan aku diperkenalkan
dengan pakaian tradisional Korea yaitu Hanbok. Yaaa, topiknya adalah modern hanbokology. Hanbok yang selalu
terlihat elegan kini telah memiliki inovasi dalam desainnya sehingga dapat
digunakan di segala kegiatan. Penjualan hanbok kini telah ke berbagai negara,
dan kini telah ada desain hanbok untuk wanita muslim. Yang mencenangkan bagiku
adalah salah satu desainer hanbok mulsimah adalah warga negara Indonesia. Walau
aku tidak tau siapa dia, namun ada rasa bangga dan penasaran dengan hanbok yang
di desain untuk wanita muslim. Materi terkait hanbok ini disampaikan langsung
oleh co-founder Hanbok flatform Igori, yaitu Soo-Yon Ryu. Soo-Yon Ryu
menjelaskan tentang hanbok sangat menarik sehingga timbul banyak keingintahuan
dalam diriku. Setelah mendengarkan materi hanbok, aku langsung tertarik untuk
bisa mengenakan langsung hanbok. Sayangnya aku tidak memiliki kesempatan untuk
bisa mengenakan hanbok secara free.
Uangku yang tidak cukup memaksa aku untuk tidak menyewa hanbok. Untuk menyewa
saja tidak cukup, apalagi membelinya? Yapppp, harga hanbok sangat mahal untuk
dibeli. Berkisar diantara Rp 800.000 ke atas. Mmmm, maybe jika nanti aku sudah punya penghasilan sendiri, aku bisa
membeli hanbok. Atau bahkan bisa mengenakan hanbok di hari spesial hahahahhaha.
Soo-Yun Ru |
Simposium terakhir yang aku ikuti
adalah humanistic symposium. Topiknya
adalah Why interdisciplinarity matters to
pharmacist. Simposium yang disampaikan oleh Jae-Hoon Jeong dari
PharmStudymembuatku lebih memahami peranan farmasis dan kenapa aku harus kuliah
seberat ini. Lingkup kerja yang ada serta usaha yang harus dilakukan ketika
sedang merasa lelah dan penuh keluh kesah dalam kuliah coba disampaikan dan
diberikan solusinya agar aku dan peserta lain bisa lebih survive. Materi ini sangat menekankan peranan profesi dan
tantangannya di masa yang akan datang.
Jae Hoon-Jeong |
Well, dari ke
empat simposium yang aku ikuti, overall
menarik dan menambah pengetahuan. Terlebih aku mengetahui teknis simposium yang
baru. Maybe, if you join the
International symposium, you must be serious to listen it because so many
knowledge which they give to us.
Komentar
Posting Komentar