STORY ABOUT 15th APPS (Part-2)

“Berbahagialah ia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri”

- Pramoedya Ananta Toer -

Tak Kenal maka Sia-Sia
 

            Hari pertama kegiatan APPS berlangsung. Aku bersama delegasi lain harus menunggu hingga waktu check in tiba. Momen menunggu itu aku gunakan untuk istirahat karena terlalu lelah berpikir dan berjalan. Aku belum tertarik untuk berkenalan karena sadar dengan kucelnya wajah dan kaos pink yang ku kenakan. Namun, karena beberapa peserta yang mengajak berkenalan (orang Indonesia juga) jadi, yaa kenalan aku jadinya. Cukup lama menunggu, akhirnya masa-masa check in tiba (Alhamdulillah). Ketika tiba nomor antrianku dipanggil, tanpa berlama-lama aku langsung check in. Panitia memberikan satu buah goodybag yang berisi kaos, travel guidebook, Korea guidebook, dan banyak merchandise. Serta tak lupa juga kartu kamar (sebagai kunci) agar bisa masuk ke kamar.

            Aku sekamar dengan teman dari Universitas Pancasila, namanya Vidia. Ini sesuai dengan form yang telah kita isi. Setibanya di kamar, aku langsung berbaring di tempat tidur, melepas lelahnya perjalanan hari itu. Oh iya, aku menginap di asrama Universitas Dongguk. Aku berpikir bahwa asrama dan gedungnya baru karena its so clean and comfortable. Beda banget sama asrama kampusku. Satu kamar dihuni oleh dua orang dengan bed yang berbeda, lemari berbeda, meja belajar berbeda. Ada 1 kamar mandi, 1 kulkas, dan 1 AC. Selain ada pendingin ruangan, ada pula pengatur suhu ruang. Walaupun dihuni oleh 2 orang, kamarnya nyaman banget dan masih ada space untuk tempat shalat.
 
Vidia, My roommate



            Ngerasa udah cukup istirahatnya, aku dan vidia bersiap-siap untuk mengikuti welcoming party. Welcome party merupakan acara penyambutan peserta yang akan mengikuti kegiatan APPS. Kegiatan ini berupa makan malam bersama peserta lain yang berasal dari berbagai negara (gak usah dibayangin makanannya apa). Makanannya itu makanan sederhana (kalau kita biasa bilang kue basah, ada juga si kaya pasta tapi porsinya dikit) tapi mengenyangkan kalau dimakan banyak. Still yakin aja semuanya insyaAllah halal.



 
 Beberapa makanan yang disajikan




            Salah satu kegiatan utama di welcoming party adalah upacara penyambutan oleh panitia. Nah, disini panitia menyajikan kaya semacem drumband ala Korea. Alunan musik yang keras dan kasar serta diiringi formasi-formasi yang dibentuk memecah suasana welcome party. Terus peserta juga diajari Taekwondo oleh seorang pelatih Taekwondo dari Universitas Dongguk, dan itu cewe lohhhh. Sayangnya aku menggunakan wedges saat menghadiri welocome party jadi pas belajar taekwondo kurang comfortable. Selain itu, dalam welcome party juga dilakukan games-games keakraban. Gamesnya berkelompok. Disanalah aku mulai berkenalan dengan teman-teman dari negeri lain dan mulai hunting foto. Games keakraban inilah yang membuat suasana menjadi semakin hangatttt dan menyenangkan. Dalam games tersebut, kita dituntut berkreasi, berpikir, dan bekerja sama. Memperkenalkan diri dengan ‘sebutan unik’ untuk masing-masing orangnya. Waktu hunting foto, ada panitia yang jadi incarannya Vidia (kita manggil dia oppa-nya Vidia), Vidia malu-malu mau foto tapi karena aku gak tau malu (buang-buang aja rasa malunya dulu), aku ajakkin aja foto bareng dengan panitia yang lain. 

Penampilan kelompok musik yang membuka kegiatan

Taekwondo, Beladiri asal Korea yang diperkenalkan ke Peserta APPS
Games yang dimainkan peserta

            Hari pertama kegiatan, kalau diitung aku berkenalan dengan 40 orangan (walau esokannya lupa siapa namanya dan kenalan lagi). Kalau sampai hari terakhir kenalan dengan semua peserta dan bisa akrab kan relasinya bisa nambah hehehe. Hmmmm...Cuma mau ingetin aja kalau pas acara welcoming party, jangan sia-siakan untuk coba berkenalan dengan peserta lain. Karena dari kegiatan itulah muncul keakraban dan kedekatan diantara masing-masing peserta. Sayangkan udah jauh-jauh dateng tapi temennya gak nambah, so jangan tinggalkan sedikitpun momen yang ada dan jangan sia-siakan kesempatan (siapa tau pas kenalan taunya dia jodoh kita). Dari banyaknya orang yang aku kenal, aku bisa menyimpulkan bahwa Thailand menjadi negara dengan peserta teramah.
 
Kelompok games welcome party

Bersama Delegasi dari New Zealand

Bersama panitia APPS ke-15

Bersama Delegasi Indonesia

All ISMAFARSI Delegate



 Bermasalah dengan Makanan yang Disediakan
1. Nasi putih + Kimci+sup+tofu 2. Bibimbap 3. Nasi Putih+tauge+nugget ikan+sus fermentasi 4. Sandwich sayuran+pasta 5.Subway sandwich 6. Nasi putih+Kimchi+bihun+Rumput Laut 7.Kimbap+abon+bon cabe 8. Nasi goreng+kentang goreng 9. Kimbap



            Hari kedua kegiatan APPS berlangsung. Perbedaan waktu antara Korea Selatan dengan Indonesia hanya 2 jam lebih cepat. Tapi, aku ngerasa detik di negeri ginseng lebih cepat berubah dibandingkan tanah air. Saat itu Korea Selatan sedang memasuki musim panas. Suhu yang terbaca oleh gadget dan pengatur suhu kamar sama seperti Indonesia, berkisar antara 37°C-39°C. Namun hawa panasnya sangat berbeda. Disana panas kering hingga membuat bibirku berdarah. Yaaa, sering-sering minum air mineral bisa mencegah kulit makin kasar.

            Kegiatan pertama yang aku ikuti adalah opening ceremony. Ini biasa seperti yang dilakukan di Indonesia ketika opening ceremony berlangsung, menghadirkan pejabat tinggi universitas bahkan pejabat kesehatan jika yang diundang bersedia hadir. Yang menarik bagiku adalah MC atau pemandu acara yang biasanya di Indonesia dipimpin oleh orang terpilih, disini MC tersebut adalah ketua pelaksana itu sendiri. Repot yahh? Aku berpikir bahwa ketika ketua pelaksana menjadi MC, maka kegiatannya akan 100% ia ketahui dan maybe berjalannya acara akan lebih terarah.

            Oh iya, sebelum aku mengikuti opening ceremony, aku sarapan dahulu di kantin asrama. Disana makanannya prasmanan. Menu utama nasi dengan lauk pauk berupa sayuran dan umbi-umbian. Untuk peserta yang ‘warning’ dengan makanan, kita hanya disuguhkan makanan herbivora. Benar-benar tanpa kehadiran protein hewani. Aku berpikir ini lebih baik daripada harus makan daging tapi ternyata itu haram untuk dimakan. Tapi, apakah makanan yang aku makan halal? Belum tentu. Aku hanya bisa berdoa supaya Allah mengampuniku jika makanan itu ternyata haram. Bagaimana dapat dijamin kalau dapur tempat produksi makanan untuk peserta muslim dan non muslim disamakan? Bahkan alat makan dan alat produksinya bisa saja sama. Belum lagi sang pembuat makanan yang non muslim. Okeee, maybe karena aku belajar titik kritis halal jadinya berpikir sejauh itu. Ketika menyampaikan apa yang aku pikirkan ke Vidia, ia cuma menjawab ‘yaa gimana ka, daripada gak makan’ that’s true. Untuk menghemat uang yang dibawa, yaa kita harus makan makanan yang udah disediain. Ya Allah, ampuni aku.....

Makanan pork dan non pork pernah disajikan bersampingan
            Awalnya aku nyaman-nyaman aja dengan makanan yang disediakan, namun lama-kelamaan aku bosan dengan sayuran dan protein nabati lainnya. Terlebih dengan kimchi (makanan khas Korea Selatan). Actually, I don’t like everything about kimchi because that magic taste. Jadi kalau disajikan kimchi, udah pasti aku gak akan ambil. Sedih juga kalau lihat peserta non muslim yang selalu dapet daging (mau babi ataupun ayam) bikin mupeng. Aku mah dikasihnya kimbap, bibimbap, sandwich subway tanpa daging. Gitu aja teruss dah makanannya. Saking jenuhnya, kadang aku menambahkan makanan dengan yang aku dan Vidia bawa dari Indonesia. Yaaa, aku membawa abon, rendang, kerupuk-kerupuk, dan bon cabe. Sementara Vidia membawa kentang dan teri kering. Jadilah kami makan di kamar kalau menunya kimbap ataupun bibimbap. Terima kasih yang tak terhingga untuk bon cabe yang sedikit meningkatkan nafsu makanku.
            Oh iya, pernah waktu makan malam aku dan Vidia kehabisan makanan. Kita lapar dan akhirnya pergi ke minimarket terdekat (GS 25) untuk mencari nasi instan. Satu mangkuk nasi cukup untuk kita berdua karena memang porsinya yang lumayan banyak. Yappp, untuk bawa makanan dari Indonesia, jadi kalau kepepet gitu bisa tetap makan. Tadinya kita mau beli mie instan. Tapi, mie disana banyak yang terbuat dari kari. Aku punya aplikasi muslim korea yang bisa mendeteksi kehalalan produk makanan. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, aku coba scan makanan yang akan aku beli. Dari semua yang aku scan, tidak aku temukan mie instan yang boleh ku konsumsi. Jadilah kita batal membeli mie instan. Hmmm, mungkin kalian nanya, bagaimana makan nasi instannya? Okee ku jelaskan. Sebenarnya nasinya sudah matang. Namun untuk membuat nasi hangat dan lebih enak maka lebih baik dipanaskan terlebih dahulu di microwave. Aku gak bawa microwave dari Indonesia ko, di asrama disediakan secara free. Jadi aku memanfaatkan microwave dari asrama. Hanya sekitar 1 menit, nasipun mulai mengembang dan siap disantap.
            Ada yang menarik saat aku pergi ke GS 25. Aku menemukan pasien rumah sakit Dongguk yang dalam keadaaan diinfus, tapi merokok dan nongkrong di GS 25. Ini aneh menurutku, karena ko orang sakit malah keluyuran. Ternyata setelah tanya-tanya ke panitia, kalau di Korea Selatan pasien rawat inap diperbolehkan keluyuran untuk menghilangkan jenuh dan stress. Aku bengong aja ketika dijelaskan. Coba pikir deh, apa pihak rumah sakit gak takut yaa pasiennya kabur? Kalau di Indonesia kaya gitu, bisa dipastiin sih lebih banyak yang kabur daripada yang balik ke bangsal.
            Mmmm, satu hal yang bisa diambil dari ceritaku tentang makanan adalah kalau kalian pergi ke negeri orang, terutama negeri dengan penduduk mayoritas non muslim, kalian wajib banget bawa makanan dari tanah air. Yang kering dan ringan-ringan aja tapi membantu mengatasi kelaparan. Karena kalian pasti akan rindu dengan masakan tanah air dan makanan itu bisa membantu kalian disaat saat tertentu. Makanan yang aku recomended untuk kalian bawa itu yaa abon, bon cabe, kentang dan teri kering, sosis intan, mi instan dalam cup, susu, dan makanan lain yang sejenis.



Komentar