“Kita
adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Maka dari itu, keunggulan
bukanlah perbuatan melainkan kebiasaan. Bukankah bisa karena terbiasa?”
Belajar Di
Medan Perang Sesungguhnya
Hallo teman
Anemon! Dipostingan kali ini aku
bakalan ceritain apa yang aku kerjakan selama PKL 10 hari di RSUP Fatmawati. Di
postingan ini aku tidak membicarakan
bagaimana sistem di farmasi RSUP, melainkan pure
apa yang aku kerjakan selama PKL. Rencananya aku akan posting sitem farmasi disana tapi aku tidak janji juga yaaa karena
sebenarnya itu adalah laporan PKL kelompok hehehe. Selamat membaca, semoga
bermanfaat :)
Mmmm... kalian tau kan kalau aku
kuliah di jurusan Farmasi? Sekarang aku masuk ke semester akhir untuk mendapatkan
gelar sarjana. Hitungan bulan, insyaAllah gelar S.Far sudah ada di belakang
namaku. Mohon doanya yaa :D but it’s not
simple. Banyak proses yang harus aku lalui untuk bisa mendapatkan gelar
tersebut, salah satunya adalah PKL (praktik kerja lapangan). Mungkin kalian
yang satu jurusan denganku bingung mengapa tingkat S1 Farmasi di UIN Jakarta
ada PKLnya, and the answer is kampusku
yang satu fakultas dengan kedokteran memiliki kerjasama dengan rumah sakit
tempat teman-teman kedokteran berpraktik. Yappp, RSUP Fatmawati menjadi rumah
sakit pendidikan untuk fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Jakarta so aku dan teman-teman farmasi lainnya
punya kesempatan untuk bisa berpraktik layaknya PKPA Apoteker J sebenernya
sih praktik kita tidak hanya di RSUP
Fatmawati, tapi juga di RS lain dan juga di KPKM namun karena aku kebagian
jadwal di RSUP Fatmawati, makanya aku akan ceritakan pengalaman yang aku
dapatkan disana. PKL S1 Farmasi UIN Jakarta menjadi praktikum farmasi rumah
sakit yang rutin dilakukan setiap akhir semester menuju S.Far, mungkin ini salah
satu yang membuat jurusan aku beda dengan farmasis lain tsaahhhhh.
Jadwal PKL hanya berlangsung 10 hari
kerja, dimana tahun ini dibagi menjadi 4 kelompok dengan 1 kelompoknya 8-10
orang. Aku kebagian di kelompok pertama yang artinya sangat rentan untuk
menciptakan image almamater di pihak
rumah sakit. Hari pertama dilaksanakan orientasi oleh pihak rumah sakit, berupa
perkenalan RSUP Fatmawati, pemaparan tata tertib PKL, bagaimana pencegahan
infeksi, dan tentang K3. Orientasi hanya berlangsung setengah hari, yang
kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan presentasi atau sidang hasil dari
mahasiswa S2 Farmasi klinis yang melakukan penelitian di RSUP Fatmawati.
Selama PKL di RSUP, 8 orang di
kelompok ku dibagi lagi menjadi 4 kelompok jadi 1 kelompok kecilnya terdiri
dari 2 orang dengan pembimbing yang sama. PKL di tahun ini mungkin sedikit
berbeda karena hanya melakukan praktik di 2 tempat, yaitu gudang farmasi dan depo
farmasi di rawat inap. Untuk depo farmasi rawat inap sendiri, kelompok kecil
tersebut dibagi menjadi 2 tempat berbeda yaitu depo farmasi di gedung
Bougenville dan depo farmasi untuk gedung teratai dan gedung Dr. Soelarto. Aku
sendiri kebagian di Bougenville. Dengan hanya dibagi kedalam 2 tempat berbeda,
aku dan yang lainnya lebih bisa memahami tugas atau pekerjaan farmasi disana,
tidak sekedar tahu hehehe. Lagipula kalau melihat penuntun praktikum, output yang diharapkan adalah paham
terhadap pekerjaan farmasi di rumah sakit yang bersifat klinis, bukan non
klinis berupa pemantauan terapi obat (PTO).
Gabut ya? Atau disuruh-suruh aja?
Well,
mungkin pertanyaan ini sering ditanyakan ke anak PKL but itu kembali ke diri kita lagi sih menyikapi PKL seperti apa. Sometimes,
kalau dibilang gabut yaa engga juga. Mungkin ada hari-hari tertentu dimana aku
juga ngerasa gabut tapi kegabutan itu sebenarnya kembali ke kitanya dan ke
pembimbingnya. Lah ko gitu? Karena apa yang aku lakukan disana lebih ke
bagaimana pembimbing mengajari kita, kan teori
tidak selalu sama dengan yang ada di lapangan hehehe.
Dua hari pertama aku berpraktik di
gudang farmasi, belajar bagaimana sistem perbekalan disana mulai dari
perencanaan hingga pendistribusian. Setiap pagi, aktivitas yang dilakukan
adalah menyiapkan amprahan (permintaan perbekalan farmasi dari depo) untuk
selanjutkan diberikan ke depo. Kadang aku bantu menempelkan sticker high alert untuk obat-obat yang memang high alert. Di gudang aku belajar bagaimana penyimpanan obat
disana, pengontrolan suhunya, lemari penyimpanannya, penyimpanan obat LASA,
penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, penyimpanan bahan baku berbahaya,
barang konsinyasi, dan perbekalan lainnya. Di siang hingga sore harinya aku bantu
merapihkan obat di rak berdasarkan FIFO dan FEFO, lalu lanjut mengamati
penerimaan barang yang baru saja tiba, dari distributor ke tim penerimaan
barang.
Hari-hari selanjutnya aku menghabiskan
waktu praktik ku di Bougenville. Ternyata setelah aku berpraktik disana, baru
aku tau kalau Bougenville itu gedung dimana terlalu beraroma operasi. Yappp,
pasien yang dirawat disana adalah pasien yang membutuhkan perawatan intensif
dengan kondisi ‘spesial’. Untuk laporan pemantauan obat nanti aku mendapatkan
pasien yang di rawat inap di ICCU (Intensif
Care Cardiac Unit), pasien dengan penyakit jantung yang terapinya complicated. Selain ICCU, ada pula
pasien yang dirawat inap di ICU (Intensif
Care Unit), PICU (Pediatric Intensif
Care Unit), NICU (Neonatal Intensif
Care Unit), dan PACU (Post Anasthesi
Care Unit). Berada ± 7 hari disana membuat aku semakin takut dengan
kematian, kondisi pasien yang terbaring lemah di tempat tidur meningkatkan rasa
syukurku karena masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup sehat.
Pertama dateng ke Bougenville dan
ketemu sama pembimbing lapangan, pembimbingku malah bingung kenapa anak S1
dikirim kesana karena menurut beliau kalau mau PTO disana akan sulit, mengingat
untuk S2 saja sulit apalagi anak yang S1nya belum kelar kaya aku ini. Tapi
akhirnya beliau menerima aku dan temanku. Pembimbingku benar-benar apoteker
klinis banget, pasalnya beliau selalu meminta aku dan temanku untuk belajar
tentang tata laksana penyakit jantung. Setiap dateng ke lantai 4 (depo
farmasi), selalu diminta ‘menunggu’ (translate:
belajar), berbeda dengan anak lain di rawat inap sebelah. Menurut beliau, kita
bakalan jadi apoteker jadi fokus aja belajar klinis (padahal pekerjaan apoteker
menurut PP 51 tahun 2009 itu gak cuma pekerjaan klinis), dan tadaaaaaa keseharian aku sama temanku di
lantai 4 hanya belajar tata laksana penyakit Jantung. 2 hari awal kita belajar
dari 30 lembar PTO yang dikasih pembimbing dengan status pasien masih di rawat
inap (harus tau kenapa dikasih obat X, dosisnya bener atau engga, ada interaksi
obat atau engga, pemantauan efek samping dll). Hari selanjutnya aku
diperbolehkan mengambil data untuk kebutuhan laporan pemantauan obat dengan
pasien yang sudah ditentukan oleh pembimbing (ini berbeda dengan temanku di
rawat inap lain yang harus menseleksi sendiri pasien mana yang akan dipantau
terapi obatnya). Bersyukur pasien hanya dirawat 6 hari, karena kemudian
pasiennya pulang jadi laporannya gak terlalu banyak hehehehe.
Di 2 hari terakhir, aku belajar
manajerial (akhirnya) atau pekerjaan apoteker non klinis. Aku masuk depo
farmasi (betapa senangnyaaaaa), disana aku belajar bagaimana menyiapkan obat
rutin per ruangan, mengerjakan UDD (unit
dose dispensing), penyiapan obat resep, menata penyimpanan obat, memantau expired date obat dari tiap trolli di ruang ICU, membuat paket alat
kesehatan untuk ruang ICU, dan bagaimana sistem pendataan stok barang.
Nah, itulah cerita tentang apa yang
aku kerjakan selama PKL disana. 14 Februari 2017 is my last day to practice in there but its not the end karena kau
masih harus membuat laporan dan mungkin masih bolak balik RSUP hehehe. Kesanku
selama PKL disana si aku bersyukur banget dikasih kesempatan merasakan atmosfer
kerja, senang bisa mengerjakan apa yang nantinya akan menjadi pekerjaan aku.
Inginnya sih menambah waktu PKL tanpa ada laporan hehehe, bertemu dengan
banyaknya pasien yang butuh perawatan intensif itu benar-benar suatu ha
yangberkesan untuk self development,
bagaimana melihat mereka harus terpasang alat di tubuhnya agar dapat bertahan
hidup, setiap harinya lihat keranda yang didalamnya ada ‘isinya’ bener-bener
membangun komitmen untuk bisa hidup sehat dan hidup positif. Pesanku buat semua
orang yang menjalani PKL adalah hanya positive
thinking aja selama PKL karena PKL itu moment
untuk belajar.
Terima kasih banyak ke semua personil
kelompok 1 atas kebersamaannya selama PKL, meramaikan grup whatsapp dengan pertanyaan besok
pake kerudung apa? Kalian dimana? Nitip nasi kuning gak and more question yang
bakalan bikin kangen suasan itu. Terima kasih ke pihak DIKLIT RSUP Fatmawati
atas kesediaannya menerima mahasiswa S1 farmasi UIN Jakarta untuk belajar
langsung dengan medan perang, terima kasih kepada instalasi farmasi RSUP (Pak
Subhan sebagai kepala IFRS dengan kesan pertama bertemu yang agak rasis, Bu
Permata dengan karakteristiknya, Bu Alfina yang selalu terlihat fashionable dengan sifat yang humble, Bu Afni selaku PJ Gudang yang
menerima kehadiran kami di Gudang Farmasi, Mbak Qibtiya dan Pak Yono yang udah
ngebimbing dan membantu selama bekerja di gudang farmasi, Bu Indana selaku
pembimbing PTO yang gak pernah lelah mengingatkan kita untuk selalu belajar dan
sadar akan pentingnya peran apoteker, Bu Wati yang membantu mengarahkan selama
di depo + membantu mengatasi perut lapar dengan gorengannya, pak Mono mbak Lia,
mbak Meli, mbak Ida, pak Hari dan semua personil depo farmasi Bougenville yang
dengan senang memberikan aku kesempatan untuk melakukan pekerjaan mereka, Bu
Wiga yang memberikan kesempatan untuk masuk ke ICU dan mendata expired date obat di troli) yang
bersedia mengajarkan aku peranan profesi apoteker di rumah sakit. Aku secara
pribadi mohon maaf banget kalau selama bertemu dan belajar punya banyak
kesalahan dan merepotkan kalian semua. Semoga kegiatan kalian selalu diberkahi
Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar