Panjangnya Perjalanan, Jauhnya Pencapaian



Panjangnya Perjalanan, Jauhnya Pencapaian

                Keluh, kesah, resah, kesal, kecewa, dan sedih. Semua rasa itu bersatu dalam benak jiwa ini, ketika mengetahui panjangnya perjalanan yang harus ditempuh. Puluhan, bahkan mungkin ratusan kilometer harus aku pijaki, untuk mendapatkan sebuat kalimat ‘diizinkan’ dari suatu tempat mulia. Mengikuti sebuat kebijakan dalam instansi, yang menjadi bagian dari birokrasi tidaklah mudah dihadapi. Terlebih jika mengingat jarum jam yang tak henti berputar, dan semakin mendekati kesesuaian waktu dimana sebuah gelar tertulis di akhir nama. Yaa, aku berada di sebuah fase bawah dimana down feeling terjadi, dan semangat diri menjadi redup. Berkelana melawan teriknya matahari, keringat yang membanjiri pakaian, rasa lelah dan keputusasaan dihadapi ‘sendiri’.

            Siang itu, aku memutuskan mendatangi instansi pemberi rekomendasi penelitian di kota Tangerang. Pertanyaan yang memenuhi pikiran, tak sanggup dijawab oleh kemoderenan jaman. Tak puas kurasa, jika hanya mengandalkan internet untuk mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan yang muncul. Dibawah teriknya matahari, aku pergi menuju instansi tersebut. Mungkin lokasinya tak seberapa jauh bagi para pengendara, tapi tidak bagiku yang hanya seorang penumpang. Sebagai pengguna transportasi umum, kupilih commuter line untuk tiba di instansi tersebut. Dua kali harus transit dengan banyaknya pengguna jasa transportasi umum itu, aku bertahan berada dalam desakan penumpang lain. Tak dapat kursi duduk dan bertahan dalam keadaan berdiri, menambah lelahnya perjalanan. Kurang lebih 120 menit perjalanan aku tempuh, dan akhirnya tiba di lokasi yang dituju.

            Tak banyak berbasa-basi, aku menanyakan segala hal yang tidak kupahami. Semua pertanyaanku terjawab, namun perolehan informasi membuat aku termenung lama. Aku tak tahu, apakah aku akan sanggup menjalankannya? Informasi itu mengharuskan aku mendapatkan surat rekomendasi penelitian dari instansi serupa di daerah sebelah, dimana universitasku berada. Kemudian, aku harus pula mendapatkan surat rekomendasi dari instansi serupa, di provinsi tempat aku melakukan penelitian. Setelah itu, aku baru bisa memperoleh rekomendasi penelitian dari kota Tangerang. Singkatnya aku harus melalui 3 instansi serupa dengan lokasi berbeda untuk bisa melakukan penelitian dengan aman dan sah secara hukum. Provinsi Banten, dengan ibukota Serang mengganggu kepercayaan diriku. Lokasi yang begitu jauh dari kediamanku membuat aku khawatir tidak sanggup menjalankannya. Namun aku tak punya alternatif lokasi penelitian lain, inilah lokasi yang disarankan oleh pembimbingku. Ketika pembimbingnya yang super peduli telah menyarankan, kini tinggal aku yang harus menjalani. Aku sungguh tak ingin mengecewakan pembimbingku, seperti saat sidang proposal lalu. God, help me to pass it, and help me to always fight.

            Keesokan harinya, ku mulai membangun kembali semangat juangku menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam seminggu terakhir, bolak balik kampus aku lakukan untuk mengecek apakah surat izin yang aku  buat di kampus sudah selesai atau belum. Hampir 1 minggu dari masa pembuatan, surat izin tersebut tak kunjung tiba sementara jarum jam terus bergerak. Aku kembali frustasi, rencana, target, dan harapan yang disusun terancam berantakan (lagi). Tak kuasa menahan kesal dengan proses perjalanan surat di kampus, aku memilih menyendiri di sebuah ruang yang penuh dnegan susunan buku dalam rak. Dalam kesendirian, aku menangis terisak tanpa suara. Mencoba melepaskan kekesalan dan kekecewaan dalam tangisku. Situasi ini membuat pikiranku menjadi sempit, rasa ingin melampiaskan amarah tertahan dalam tangis. Ruangan dingin yang besar dan sepi itu, menjadi saksi bagaimana aku berada dalam fase sangat ngedown. Semua kejadian yang menimpa diri, membuat aku menjadi manusia yang benci berencana, dan berhenti berharap pada sesuatu yang hanya indah dalam bayangan.

“God, I want to struggled my dream, defeating my hesitancy, and be focus with my way. You know that I’m tired. You know that its difficult for me, You know that I’m squeezing my last drop for energy. But you also know that you would never place me in a situation that I can’t handle”

Fight!

Komentar