خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)
Hadis diatas berlaku untuk seluruh muslim, dengan berbagai tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, status sosial, maupun profesi. Tak terkecuali profesi apoteker. Apoteker, sebagai salah satu profesi kesehatan yang telah mengucapkan sumpahnya juga berkewajiban menebarkan ilmunya agar lebih bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya adalah dengan kegiatan pengabdian masyarakat.
Pengabdian masyarakat merupakan bentuk back to society, karena pada hakikatnya manusia muncul atau memiliki nama akibat dari kehidupan bermasyarakat sehingga pengabdian masyarakat menjadi satu contoh menerapkan keilmuan dengan mengembalikan keilmuan tersebut kepada masyarakat. Dalam kehidupan mahasiswa, dikenal Tri Darma Perguruan Tinggi, dimana salah satunya adalah Pengabdian Masyarakat. Setiap mahasiswa, diwajibkan menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut, tak terkecuali saya dan seluruh rekan Mahasiswa Profesi Apoteker Angkatan 05 UIN Jakarta.
23 September 2018, kami baru saja menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut, di RUBADUBI (Rumah Baca Dungus Biuk), Kampung Dungus Biuk Rt
02/05 Desa Babakan Kecamatan. Tenjo Kabupaten Bogor. Pengabdian masyarakat yang kami jalankan tentu bekerja sama dengan jajaran PSPA UIN Jakarta. Tema yang kami angkat adalah “Bersama Apoteker, Masyarakat Cerdas Berswamedikasi”. Mengapa kami mengambil tema tersebut?
Swamedikasi merupakan bentuk pengobatan sendiri untuk gejala maupun penyakit ringan yang diderita oleh masyarakat. Contohnya adalah demam, batuk, pilek, dan diare. Swamedikasi menjadi salah satu cara untuk membentuk masyarakat yang mandiri terhadap kesehatan, tentunya dilakukan berdasarkan pengetahuan, sehingga untuk melakukan swamedikasi, masyarakat harus mengetahui dan mampu memilih pengobatan yang tepat. Pemilihan tema swamedikasi ini, dikarenakan kami meyakini bahwa swamedikasi penting untuk masyarakat dengan akses menuju fasilitas kesehatan yang sulit terjangkau, seperti yang terjadi di Desa Babakan, dimana untuk mencapai fasilitas kesehatan atau membeli obat, membutuhkan waktu tempuh 30 menit dengan kendaraan bermotor. Penyuluhan swamedikasi yang kami berikan kepada masyarakat adalah swamedikasi demam, batuk, pilek, dan diare, dengan langkah swamedikasi menggunakan non obat, obat tradisional dan obat pabrik yang mudah dijumpai. Penyuluhan swamedikasi ini menggunakan metode seminar interaktif, dimana dosen PSPA menyampaikan materi tersebut secara interaktif kepada 48 peserta ibu-ibu yang antusias dengan kehadiran Apoteker (dosen PSPA). Fakta yang mengejutkan adalah, peserta yang hadir tidak mengenal siapa itu Apoteker sehingga tagline yang kami bawakan adalah Tanya Obat, Tanya Apoteker. Dan dalam kesempatan pengabdian masyarakat tersebut, kami sekaligus memperkenalkan profesi Apoteker dan peranannya di masyarakat.
Selain penyuluhan dengan metode seminar, kami juga membuat penyuluhan daam bentuk group discussion, dimana 2-3 orang mahasiswa akan memberikan penyuluhan kepada 5 orang peserta. Penyuluhan yang diberikan berkaitan dengan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang), untuk obat-obat yang umum digunakan oleh masyarakat, seperti paracetamol, difenhidramin, obat tetes mata, obat topikal, dsb. Alat yang digunakan dalam penyuluhan DAGUSIBU ini adalah kemasan obat, obat, dan leaflet. Selain menjelaskan tentang DAGUSIBU, kami juga menyelipkan penyuluhan terkait penggolongan obat, serta interaktif bertanya tentang obat yang biasa digunakan oleh masyarakat. Mostly, peserta sangat bersyukur dan berterima kasih atas kehadiran kami dalam penyuluhan obat ini, karena mereka mengaku baru mengetahui informasi swamedikasi dan DAGUSIBU tersebut.
Selain melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu yang tinggal di sekitar RUBADUBI, kami juga melakukan penyuluhan kepada anak-anak yang tinggal disekitar RUBADUBI. Untuk peserta anak-anak, kami memperkenalkan Apoteker dengan cara yang menyenangkan, tetap dengan tagline Tanya Obat, Tanya Apoteker. Penyuluhan yang diberikan kepada anak-anak adalah terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) dalam melakukan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar. Seberapa penting mereka melakukannya dengan benar, dan bagaimana caranya. Metode yang digunakan adalah praktik langsung, dengan gerakan yang dipraktikkan langsung oleh mahasiswa dan diiringi musik. Setiap peserta mendapatkan sepaket sikat gigi dan pasta gigi, juga kami memberikan sabun cuci tangan agar mereka bisa menyerap penyuluhan dengan baik, dan tetap bisa mempraktikannya di rumah masing-masing. Cuci tangan dan gosok gigi yang benar akan mencegah penyakit akibat bakteri, sesimple itu yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit, terutama infeksi bakteri. 58 peserta yang mengikuti penyuluhan ini, antusias dan senang, yang terwujud dari raut wajah mereka.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang kami lakukan, berakhir dengan pembagian sembako kepada peserta ibu-ibu. Besar harapan kami, bahwa yang kami lakukan bermanfaat bagi masyarakat Desa Babakan. Membuat masyarakat lebih mandiri dalam kesehatan, khususnya penggunaan obat yang bijak dan pencegahan penyakit, serta membuat masyarakat di daerah tersebut mengenal profesi kami, profesi Apoteker.
Tanya Obat? Tanya Apoteker
Komentar
Posting Komentar