Remember When.....

Remember When....


"karena, tidak ada yang baik-baik saja dari sebuah perpisahan"

Minggu ini, mendapatkan banyak salam perpisahan dari rekan seperjuangan, yang harus kembali ke tanah kelahiran. Mereka meninggalkan tanah rantau ini setelah hampir 6 tahun lamanya menimba ilmu. Iya, mereka adalah rekan kuliah.

Sesedih itu, menerima kenyataan bahwa waktu kebersamaan kita akan berkurang. Ini emang sudah waktunya, dan bagi sebagian orang pasti berpikir bahwa perpisahan ini adalah perpisahan klasik, dimana hanya menunggu waktu untuk terjadi. Bagi sebagian yang lain, perpisahan ini mungkin hanya perpisahan biasa, yang dengan keyakinan akan bertemu kembali suatu hari nanti. Tapi bagi yang lainnya (termasuk bagi gue), perpisahan ini adalah perpisahan yang sangat menyedihkan, karena gue selalu beranggapan bahwa tidak ada yang baik-baik saja dari sebuah perpisahan ☹️

6 tahun memang waktu yang singkat, tapi banyak hal yang udah dilewatin sama-sama. Bagaimana kita memulainya dari orientasi mahasiswa baru, menjalani perkuliahan yang sistemnya sangat berbeda dengan sekolah dulu, belajar bareng, survive bareng saat ujian, nge-BEM bareng, ansietas bareng, worry bareng, bahagia bareng, nangis bareng, sampe ngedosa bareng. Rasanya waktu 6 tahun menjadi begitu lama dengan banyaknya tragedi dan perjuangan didalamnya. Bahagia, sedih, kecewa, marah, jatuh cinta, saling sayang, membenci, semua unsur rasa terkandung dalam 6 tahun tersebut. Sangat berkesan, dan akan terus teringat indah dalam ingatan, meskipun banyak yang (mungkin) tidak layak untuk diingat.

Menjalani perkuliahan yang berat ini, jika dipikirkan akan selalu terkesan horror. Selalu timbul pertanyaan "apa gue sanggup melanjutkan pendidikan ini?" tapi dengan jalan-Nya, dan kehadiran kawan yang pasti ada dan tidak meninggalkanlah yang membuat semuanya menjadi bisa terlewati. Perlu dicatat, bahwa gue bukanlah mahasiswa cerdas, IPK biasa saja, prestasipun tak ada yang menonjol. Tapi impian, cita-cita, dan tujuan hidup ini terlalu besar, dan tak akan pernah padam. Dan satu per satu terwujud karena campur tangan Allah, dan pastinya supporting system yang kalian berikan.

Waktu akan terus berjalan, dan ilmu ini harus segera bermanfaat. Walau jarak memisahkan, gua yakin almamater yang terlanjur menempel ini akan tetap menjadi pengingat bahwa ada doa dan dukungan dari kalian, meski berbeda tempat, dan (mungkin) berbeda waktu, karena kiblat kita masih sama, dan Allah telah menciptakan jarak ini karena doa akan menguatkan.

Terima kasih kawan, udah sangat supportif dalam keadaan apapun. Tetap mau temenen meski tau keburukan satu sama lain. Entah bagaimana kita melewati waktu selanjutnya tanpa kebersamaan yang nampak semakin redup, namun kalian tetap jadi part of my cardio heart. Mohon maaf sangat jika ada salah dimasa lalu, sekarang dan nanti. Semoga semua keburukan kita hanya kita dan Allah yang tau, tapi kebahagiaan dan semangat kita bisa selalu tersalurkan satu sama lain 💛💛💛

Anyway, kita memang masih akan bertemu dalam sumpah profesi nanti. Setelah semua mendengarkan kabar bahagia hasil ujian kompetensi, yang menjadi tanda dimulainya babak baru kehidupan. Allah telah melihat perjuangan kita, semoga Dia menjawab doa kita dan mengizinkan kita untuk memulai babak baru tersebut.

Diluar kenyataan akan perpisahan itu, gua bersyukur dan sebahagia itu mendengar cerita hari ini, dari seorang sahabat tentang babak baru lainnya yang akan dimulai di kehidupan dia. Bagaimana persiapan pernikahan dia, dan cerita tentang perasaan kasmaran yang sedang dirasakan oleh kawan lainnya. Semoga pernikahan impian itu menjadi kenyataan, dan menambah berkah dalam hidupnya. Semoga perasaan kasmaran itu akan segera berlanjut ke jenjang yang lebih serius di waktu yang tepat. Semoga, setiap babak baru yang akan kita mulai, Allah masih izinkan gue untuk menyaksikan dan merasakan kebahagiaan yang kalian rasakan.

Terakhir, yang pasti dan wajib gua sampaikan adalah Maaf.
Maaf kalau belum bisa menjadi kawan yang ideal bagi kalian, maaf belum bisa menjadi pendengar yang baik atas cerita bahagia maupun cerita sediah kalian. Maaf untuk segala bentuk "menyakiti" yang gua perbuat secara lisan, sikap, sifat, ataupun tulisan. Maaf jika dalam 6 tahun ini, gue masih belum mengenal kalian dengan baik. Sejatinya, kita sama-sama sedang berproses menjadi manusia yang lebih baik. Sejatinya, kita adalah makhluk penuh dosa. Sejatinya kita masih terus belajar mana yang benar dan mana yang salah. Dan sejatinya, kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, tapi juga saling menyakiti.

31 Juli 2019
Dalam sebuah penyesalan, yang selalu datang di akhir cerita 💛



*Ngetiknya sambil mewek, dan tulisan ini dipersembahkan untuk rekan kuliah yang merasa pernah berjuang dengan gue, dan tentunya mengenal gue selama menjadi mahasiswa 😭

Komentar