Kejujuran dalam Tulisan

Kata hati? atau Egoisme hati? entah.... apapun namanya, ini membuat berhalusinasi

Ini cerita tentang aku, tentang kebiasaanku yang belum bisa menghargai waktu ketika bersama orang disekelilingku, termasuk kamuuu....
Ketika ada, dianggap tiada. Ketika tiada, terasa ada.
Ketika ada, dihindari. Ketika tiada, rindu.
Ketika ada, diacuhkan. Ketika tiada, dipikirkan.
Hidup selucu itu yaa, atau malah senaif itu?

Hampir 6 bulan, tak ada tatap mata yang bertemu, tapi komunikasi 'pernah' terjadi, singkat, seperlunya, dan secepat mungkin terhenti kembali. Momen 'komunikasi' tanpa perdebatan menjadi langka buat kita, mengingat tak ada percakapan tanpa perdebatan dan bisa dikatakan, tak ada pertemuan tanpa 'gesekan'. Itulah yang ku sesali. Tak ada kenangan indah yang pernah kita ciptakan, yang ada hanyalah gesekan.

Life must go on, katanya. Tapi kini, setelah perbincangan melalui teknologi tanggal 20 Desember 2019, almost 2 jam ditengah malam, tanpa ku sangka terjadi tanpa perdebatan itu (bahkan curhat panjang tentangmu yang tidak ku minta), malah membuat diri ini berkontemplasi berkali-kali lipat tentangmu. Mungkin, tidak hanya karena telepon itu, melainkan setelah berbulan-bulan (mungkin udah 2 tahun kali yaaa? di 'cengin' orang: 'katanya' cocok dan berjodoh dengan kamu, diri ini terpaksa berpikir 'masa siii? apa iya?'. 

Apakah saat ini aku sedang jujur dengan diri sendiri? bahwa aku memimpikanmu, bahwa aku memikirkanmu, bahwa aku mengenangmu. Dan bahwa aku mengharapkanmu, hingga berdoa, menyebut namamu menjadi jodohku. hahhhh...... doa macam apa yang meminta jodoh tapi menyebut nama? masa iya doa tapi ngatur yang maha kuasa?

Atau ini hanya 'baper' sesaat, karena komunikasi panjang yang terjadi tanpa perdebatan itu? padahal cuma lewat telepon -__-

Let's speak up about you. Aku akan jujur melalui tulisan ini. Hal jujur yang pernah ku katakan ke teman dekatku, tentang mu, tapi tidak pernah ku sampaikan langsung. Selama ini, pertemuan kita tidak pernah baik. Tidak ada hal baik yang aku kasih ke kamu, atau waktu indah dan berharga yang tercipta tentang kita. Tapi ketahuilah, bahwa denganmu aku tidak pernah menjadi orang lain. Aku tidak pernah merasa takut kamu akan ilfeel dengan sifat burukku. Aku tidak pernah merasa takut kamu akan membenciku. Jauh dari yang kamu bayangkan, aku mengenalmu sebagai lelaki yang sabar menghadapiku. Kamu selalu tau bagaimana 'membantah' kebatuan pikiranku, dan 'menyikapi' sifat burukku. Dan memang (tidak bisa lagi ku hindari kenyataan ini), kamulah lelaki  asing pertama (selain keluarga tentunya), yang selalu menasihatiku dengan caramu. Bukan nasihat panjang, melainkan nasihat-nasihat sederhana, sebagai bentuk kepedulian. Lelaki pertama yang mengantarku hingga kedepan gerbang rumahku. Lelaki pertama yang bertanya tentang kehidupan pernikahanku. Dan lelaki asing pertama, yang aku tunjukkan air mataku. Iya. meski terlihat mudah berbincang dengan lawan jenis, aku tidak bisa seterbuka itu menampilkan tentang diriku dengan mereka.

Melalui tulisan ini, aku ingin minta maaf karena selalu bersikap kasar. Semoga kamu memaafkan dan tidak membenci aku yang selalu membuat kenangan buruk denganmu. Melalui tulisan ini, aku ingin mengatakan bahwa aku takut. Takut jika yang kurasakan padamu berlanjut (semoga saja tidak). Sebuah rasa nyaman untuk menjadi diri sendiri, didepan lelaki asing. Sebuah rasa yang tidak bisa dideskripsikan, dan hanya bisa dirasakan aja (apasiii, gitudahhhh). Tanpa adanya komunikasi atau basa basi dimana tidak ada lagi alasan untuk bersua, akan menyakitkan jika perasaan ini terus berlanjut. Perasaan yang tumbuh dari waktu-waktu yang tercipta di masanya. Semoga bukan Cinta.

Untuk bisa bersamamu, adalah sebuah pengharapan. Meski hati ini berkata, meski diri ini merasa, semoga itu hanya halusinasi semata, yang akan memudar karena terkikis waktu. Aku dan kamu sama-sama harus melanjutkan hidup, dan tidak boleh menutup mata kepada siapa saja yang akan datang nantinya, untuk menemani kelanjutan hidup.

Aku mengapresiasi diriku sendiri, yang pada akhirnya berani membuat tulisan ini tayang di blog ku. Sebagai pesan dariku untuk mu. Jika memang kejujuranku ini sampai padamu, aku berharap mendapatkan respon 'terima kasih telah berkata jujur' darimu melalui pesan singkat. Namun jika tidak ada pesan singkat yang masuk, ku yakini bahwa ini sebatas rahasiaku dengan Yang Maha Kuasa :)

Komentar