Memetik Ilmu dari Sebuah Pengalaman di PIMFI 2015



PIMFI menjadi pengalaman nasional saya yang kedua setelah sebelumnya saya mengikuti Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI). Menjadi bagian dari anggota organisasi nasional membawa saya dapat menginjakkan kaki di tanah lain selain Jakarta. Saya ingat ketika awal mengikuti open recruitment keanggotaan sempat ragu karena ada satu komitmen yang saya khawatir tidak dapat saya penuhi, yaitu ‘mengikuti setidaknya 2 event nasional’. Namun dengan mengucap bismillah saya lanjutkan berkas pendaftaran tersebut. Kini, setelah menjadi anggota dari salah satu bidang di ISMAFARSI sayapun harus membuktikan komitmen yang sudah saya tanda tangani di atas materai tersebut. Alhamdulillah, PIMFI menjadi event kedua yang saya ikuti. Banyak hal yang terjadi di PIMFI, sehingga membuat ketua HMPS Farmasi (Ka Windi) meminta setiap delegasi dari UIN Jakarta untuk membuat diary report sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan.



Assalamualaikum Wr.Wb

Memetik Ilmu dari Sebuah Pengalaman di PIMFI 2015


Ilmu dapat diperoleh darimana saja. Materi kuliah, internet, dosen, teman, tak terkecuali pengalaman hidup. Yaa, pengalaman. Mungkin banyak dari kita yang dapat memetik ilmu dari kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya maupun terhadap orang lain. Sayapun begitu. Bagi saya, ilmu yang didapat dari sebuah pengalaman sangat berharga karena telah terjadi atau real adanya. Terlebih ketika terjadi pada diri kita sendiri, we feel it and may be others can’t to feel it. Seperti beberapa kejadian-kejadian yang saya alami saat saya mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI) 2015 beberapa hari lalu ataupun ilmu dari seseorang yang dengan ikhlas berbagi kepada saya saat bertemu di PIMFI.
PIMFI 2015 diadakan di Jatinangor dan Bandung dengan tuan rumah Universitas Padjadjaran. PIMFI merupakan event nasional sekaligus program kerja dari Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang diadakan dengan tujuan meningkatkan daya saing mahasiswa farmasi dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia profesi di era global, khususnya dalam bidang keilmuan dan keilmiahan. Dalam PIMFI 2015 terdapat berbagai kompetisi, diantaranya Patient Counselling Event (PCE), Clinical Skill Event (CSE), Herbarium, Lomba Produk Mahasiswa Farmasi Indonesia (LPMFI), Debat Kefarmasian, ajang mahasiswa berprestasi (MAPRES) dan pemberian penghargaan (ISMAFARSI AWARD). Selain itu, dalam PIMFI juga diadakan Rapat Tengah Tahun (RTT) ISMAFARSI sebagai bentuk pelaporan dan evaluasi program kerja badan pengawas dan badan pengurus harian ISMAFARSI yang diikuti oleh seluruh perwakilan Universitas yang tergabung dalam anggota ISMAFARSI.
UIN Jakarta sebagai almamater saya, mengirimkan 6 orang delegasi yaitu Saya yang mengikuti lomba PCE, Siti Windi Hariani dan Nida Auliya sebagai delegasi himpunan untuk RTT, Nadya Tsurayya sebagai delegasi tim ahli pengabdian masyarakat nasional, dan Vishilpy Dimalia sebaga delegasi tim ahli pharmaceutical science and education (PSE) nasional. Berangkat dari Jakarta tanggal 10 Agustus 2015 yang seharusnya pukul 10.00 WIB nyatanya tak sesuai yang direncanakan. Kendala belum memesan plakat sebagai cinderamata memaksa kami harus mengundur jadwal keberangkatan menjadi jam 13.00 WIB. Rasa tidak enak menyelimuti saya karena saat itu tanpa diduga, keberangkatan kami ditemani koordinator wilayah Kalimantan (Ka Azai). Akibat dari kelalaian saya sebagai ketua rombongan untuk membuat penanggungjawab cinderamata dan ketidaksiapan kami dalam hal yang sederhana namun penting membuat orang lain yang tidak berkaitan harus ikut merasakan akibatnya. Satu poin pembelajaran bagi saya saat itu adalah jangan remehkan hal kecil yang sebenarnya sangat penting. Dan hal lain yang tidak diduga adalah dalam plakat tersebut terdapat kesalahan penulisan nama universitas kami. Poin pembelajaran nomor satupun kembali berlaku.

Delegasi UIN Jakarta dalam PIMFI 2015 ( Ka Apri, Vivi, Naya, Ka Windi, Saya, Nida, dan Ka Azai Korwil Kalimantan / ki-ka)

Tiba di Jatinangor pukul 17.00 WIB kami dijemput panitia (kang Abdi) di Cileunyi menuju penginapan Gerkopin. Saat registrasi, nama saya dan Nayya (Nadya Tsurayya-red) tidak ada dalam kertas registrasi pembagian kamar. Kamipun harus menunggu ± 1,5 jam untuk mendapatkan kamar penginapan. Setelah mendapatkan kamar, saya rehat sejenak lalu bersiap mengikuti welcoming party. 30 menit sebelum welcoming party, saya menyempatkan diri untuk bertemu dan berkumpul dengan tim ahli PSE lain beserta Staff Ahlinya (Ka Risni) karena moment event nasional ini menjadi salah satu ajang saya untuk bersilaturahmi. Disinilah awal pertemuan dan keakraban tim saya, yang dimulai dengan membahas ISMAFARSI AWARD yang menjadi salah satu proker kami. Siapa sangka, yang awalnya saya kira teman-teman PSE itu (Vivi yang seuniv sama saya, Riri dari UP, Najmi dari ITB, Pipin dari UII, Yudis dari UNAIR, dan Dicky dari UNTAN) memiliki karakter so serious and have a little humor, nyatanya mereka semua sangat humoris dan easy going. Banyak canda tawa dan banyak cerita yang dibagi di awal pertemuan kami. Setelah itu, saya dan tim PSE lain mengikuti welcoming party. Setelah welcoming party finished, saya briefing untuk lomba PCE sementara Vivi menggantikan saya mengikuti briefing ketua rombongan. Setelah selesai briefing saya mendapatkan info bahwa saya harus pindah penginapan dikarenakan saya hanya mengisi form lomba, tidak mengisi form RTT. Sedih ketika mendengar berita tersebut karena penginapan saya harus terpisah jauh dari teman-teman UIN Jakarta yang lain. Selain itu, akibat kecerobohan saya dalam mengisi form juga membuat saya saat itu terancam tidak dapat mengikuti RTT. Saya konfirmasi berita ini ke pihak panitia dan LO saya, tetap memperjuangkan diri saya agar dapat mengikuti RTT dengan bermodalkan surat izin masuk RTT dari Staff Ahli. Jawaban yang saya dapatkan adalah saya tetap harus pindah penginapan. Ternyata panitia memang sudah memanage penginapan peserta dengan penjelasan penginapan Gerkopin diisi oleh peserta RTT sementara yang hanya mengikuti (mengisi form lomba lebih tepatnya) menginap di asrama padjadjaran. Akhirnya daripada saya terus memperdebatkan masalah yang saya perbuat sendiri, sayapun bersedia pindah ke penginapan asrama yang letaknya cukup jauh dengan penginapan Gerkopin. Pukul 23.30 WIB saya berkemas dan pindah ke penginapan asrama. Hmm, poin pembelajaran satu berlaku lagi.
Di penginapan asrama, saya mendapatkan kamar di lantai 3 dan itu harus menaiki tangga. Mengangkat koper sendiri tanpa bantuan untuk menuju kamar rasanya berat sekali saya lakukan dan saat itu saya tidak henti bergerutu. Di penginapan asrama saya disatukan dengan Ka Sela dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang ternyata beliau angkatan 2011. Cukup kaget saya ketika tahu hal itu karena jarang saya temui peserta angkatan 2011 di PIMFI, bahkan ka Sela bukan delegasi RTT, melainkan delegasi lomba CSE. Menjadi angkatan hectic tidak lantas menurunkan semangatnya untuk berkompetisi dan belajar. Satu kamar dengan ka Sela juga membuat saya berhenti menggerutu dan akhirnya berpikir mungkin ini yang namanya kesalahan membawa nikmat karena sepanjang berada dalam satu kamar, ka Sela banyak memberikan cerita dan wejangan untuk saya yang tertarik menjadi bagian dari BIMFI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia), yang merupakan jurnal ilmiah mahasiswa farmasi dan tertarik untuk mengikuti APPS (Asian Pacific Pharmacy Symposium) 2016 karena beliau adalah anggota BIMFI dan peserta APPS 2014. Poin pembelajaran kedua yang saya dapatkan adalah bintang akan selalu di langit walaupun tidak terlihat. Yaa, dibalik kesedihan dan kekesalan saya karena penginapan yang harus dipindahkan, nyatanya saya mendapatkan hal lain yang tidak saya kira sebelumnya akan saya dapatkan di PIMFI.
Ka Sela, teman sekamar yang memberikan banyak cerita semangat


11 Agustus 2015 menjadi hari ke-2 saya berkegiatan di PIMFI. Dimulai dengan opening ceremony di gedung rektorat UNPAD. Terpukau dengan keindahana gedung sang rektor yang begitu megah, indah, dan terlebih memiliki view nature yang menarik. Pembukaan PIMFI sangat harmonis bernuansakan sunda, alunan musik tradisional angklung dan pemukulan gong menandakan bahwa PIMFI ISMAFARSI 2015 resmi dibuka. Setelah pembukaan, saya melanjutkan aktivitas dengan menyaksikan presentasi finalis lomba produk mahasiswa farmasi Indonesia (LPMFI). Peserta tersebut merupakan finalis dimana sebelumnya karya tulis mereka telah tersaring, lalu mereka membuat produk secara real hingga dapat dicoba oleh orang lain. Produk yang saya saksikan presentasinya adalah produk Oxibar sebuah snack bar antioksidan yang terbuat dari Jahe Merah karya peserta ITB, Patch Fitosom dari Jahe Merah untuk terapi Osteoarthritis karya peserta UB, Natase cream dari temulawak dan secang karya UGM yang berpotensi sebagai antioksidan, dan Jameca-Jell sebuah jeli dari jahe merah karya UGM sebagai imunostimulan. Sangat takjub ketika saya menyaksikan presentasi para finalis. Bagaimana tidak, karya mereka tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya. Produk merekapun beberapa telah dilakukan uji seperti layaknya saat membuat skripsi. Sayapun jadi memiliki keinginan untuk dapat membuat produk seperti mereka. Sederhana namun sangat bermanfaat. Saya juga tercengang dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh juri, menyaksikan presentasi finalis LPMFI seperti sedang menyaksikan kakak-kakak yang sedang presentasi seminar hasil skripsi.
Sayangnya tidak semua finalis saya saksikan presentasinya. Peserta RTT dikomandokan move ke gedung farmasi UNPAD untuk melaksanakan kegiatan RTT. Saat itu saya bingung, karena tidak mengisi form RTT saya konfirmasikan kembali izin keikutsertaan saya kepada panitia. Sebenarnya panitia belum sampai membahas jika terjadi masalah seperti ini, dan beruntung RTT ini dimulai di gedung farmasi yang letaknya berdekatan dengan asrama dimana saya menginap dan waktu pelaksanaan RTT yang masih terlihat oleh matahari, sayapun diizinkan untuk mengikuti RTT. Perasaan senang dan bersyukur menyelimuti saya saat itu. RTT dimulai dengan pembacaan tata tertib lalu dilanjutkan dengan laporan proker dari masing-masing Staff Ahli. Ketika Ka Risni sebagai staff ahli saya melaporkan prokernya, itu membuat saya dan teman-teman PSE lain dag dig dug. Beruntungnya kami tim PSE ditempatkan duduk berdekatan sehingga dapat langsung berdiskusi terkait apa yang nantinya akan ditanyakan oleh peserta. Saat ka Risni bertanya apakah peserta yang hadir sudah mengetahui adanya fan page briliant news di facebook? Mayoritas dari peserta menjawab belum. Jgerrrrrrr!!! Saya sedih. Saya yang diberi amanah mengelola briliant news berpikir selama ini jumlah view and like sedikit karena artikelnya kurang menarik. Ternyata bukan itu masalahnya, melainkan memang banyak dari mahasiswa farmasi yang belum mengetahui adanya fan page  yang berisi artikel-artikel kesehatan. Hmm... ini menjadi salah satu evaluasi untuk tim saya. Setelah RTT selesai, peserta diinstruksikan untuk move ke penginapan. Nah disitu saya mendapatkan kabar bahwa saya tidak bisa melanjutkan keikutsertaan saya dalam RTT walaupun dengan surat izin dari Ka Risni sebagai Staff Ahli saya. Alasannya adalah karena kesalahan saya tidak mengisi form dan jumlah delegasi dari almamater saya yang sudah mencukupi. Sedih dan kecewa mendengarnya, tapi saya juga harus sadar akan awal mula keputusan ini diambil.
Hari ke-3 PIMFI (12 Agustus 2015), hari yang menjadi salah satu alasan kenapa saya mengikuti PIMFI yaitu hari lomba konseling. Yaa, hari itu untuk pertama kalinya saya mengikuti lomba konseling. Bermodalkan keinginan kuat dan hanya 4x mengikuti latihan konseling di kampus, catatan hasil resume Ka Amma, dan video dari youtube, saya mengawali debut konseling di PIMFI. Saya tiba di gedung farmasi UNPAD dengan nametag peserta yang ketinggalan. Beruntung ka Sela mau menitipkan nametag saya ke peserta lain yang belum berangkat. Sebelum saya memulai lomba, terlebih dahulu peserta diberi pelatihan tata cara konseling. Pelatihan tersebut disampaikan oleh bapak Ivan Pradipta,M.Sc.,Apt selaku dosen farmakologi di Farmasi UNPAD. Selain pelatihan, di akhir juga kami melakukan simulasi konseling. Pelatihan yang disampaikan oleh pak Ivan adalah tata cara konseling secara real di dunia kerja nantinya. Setelah itu lombapun dimulai. Lomba terdiri dari 4 ruangan (ruang tunggu peserta yang menunggu giliran, ruang literatur, ruang konseling dan ruang tunggu setelah peserta lomba). Saya mendapatkan nomor urut 28 dari 34 peserta. Yaa itu adalah nomor-nomor terakhir. Lomba dimulai pukul 10.00 WIB dan saya baru berkesempatan untuk maju pukul 15.30 WIB. Bisa dibayangkan betapa jenuhnya menunggu dalam ruangan dan tidak dapat melakukan banyak hal kecuali belajar, dan mengobrol dengan peserta lain. Namun saat mengobrol, disitulah saya banyak berbagi cerita tentang kehidupan farmasi antara universitas. Alhamdulillah saat itu juga saya berkesempatan untuk kenal dengan mereka yang memiliki pola pikir ingin berkembang, mereka yang memiliki sikap open mind, mereka yang sudah lebih dahulu memulai kegiatan kefarmasian sehingga saya merasa semakin bangga berada di jurusan farmasi. Pelajaran ketiga yang saya dapatkan adalah bertegursapalah dengan orang disekeliling kita karena bisa saja merekalah perantara dibukanya pintu untuk jalan selanjutnya. Kenapa saya bisa berkata seperti itu? Karena saya yakin diantara orang-orang yang kita kenal pasti salah satu dari mereka akan membantu kita dalam hal apapun itu. Because we’re human social.
Saat saya mendapatkan giliran untuk lomba, pertama saya memasuki ruang literatur. Yap! Saya bingung harus berbuat apa di ruang literatur tersebut karena selama ini saya berlatih konseling dengan data informasi yang sudah diberikan oleh kaka pembuat soal. Akhirnya karena saya tidak memiliki waktu banyak, saya hanya mencatat indikasi obat, dosis, efek samping, kontra indikasi, cara penyimpanan, dan cara penggunaan. Beruntungnya dalam aturan lomba tidak diperbolehkan merubah obat ataupun merubah dosis. Saat memasuki ruang lomba, tidak saya lirik sedikitpun sang juri karena perasaan gugup hebat saya yang terjadi saat itu. Pasien yang saya tangani terlihat sudah lelah, terbukti dengan mimik muka dan cara ia menjawab. Selesai melakukan lomba, saya menunggu kembali di ruang tunggu. Setelah seluruh peserta selesai, saya dan peserta lain kembali ke ruang tunggu pertama untuk mengambil alat komunikasi (yang sebelumnya disimpan oleh panitia) dan kami melakukan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan. Saat mau kembali ke asrama, 3 kertas yang berisi komentar dewan juri dibagikan dan komentar yang mereka berikan untuk sayapun sama yaitu saya tidak memberikan informasi mengenai efek samping dan tidak melakukan analisis gejala dengan baik. Saya berpikir telah menyampaikan informasi efek samping dengan tidak menyebutkan kalimat efek samping karena itulah yang selama ini saya dapatkan ketika berlatih. Nyatanya itu dianggap tidak memberikan informasi efek samping. Lalu saya menyadari bahwa saya tidak melakukan analisis gejala dengan baik karena saat itu saya bingung bagaimana caranya untuk dapat menganalisis gejala dengan soal resep yang diberikan hanyalah antibiotik amoxicillin dan keluhan pasien hanya demam. Komentar tersebut menjadi evaluasi untuk diri saya agar dapat melakukan konseling lebih baik lagi. Saya harus mengingat tujuan saya mengikuti lomba konseling ini, mencari ilmu dan berlatih agar dapat melakukan konseling dengan baik pada saat profesi nanti. Malamnya, saya mendapatkan pengumuman peserta yang masuk ke dalam finalis lomba konseling dan disana tidak tersebutkan nama saya. Sedih? Pasti. Namun saya harus berbenah diri dan sadar akan alasan kenapa saya tidak masuk finalis. Finalis yang masuk adalah peserta dari UI, UB, UNPAD, ITB, dan UHAMKA.
Peserta PCT-PCE PIMFI 2015
  
13 Agustus 2015 menjadi hari ke-4 saya berada di Jatinangor. Panitia menginstruksikan untuk packing karena seluruh peserta akan menuju Bandung pada malam harinya. Kegiatan PIMFI di hari itu adalah final untuk kategori lomba debat, PCE, dan CSE. Final lomba disaksikan oleh seluruh peserta PIMFI, baik yang hanya lomba ataupun yang mengikuti RTT. Final dimulai dari lomba PCE. Kasus yang diberikan saat final PCE adalah diare dengan mekanisme yang masih sama saat babak penyisihan. Seorang juri berkata bahwa final PCE menjadi ajang pembelajaran bagi seluruh yang menyaksikan, bagaimana konseling tersebut seharusnya dilakukan. Setelah final PCE selesai, dilanjutkan dengan final CSE. Namun sayangnya saya tidak menyaksikan final tersebut dikarenakan harus keluar gedung untuk mengurus ISMAFARSI Award bersama tim PSE. Kami berkumpul menyiapkan video, musik, dan hal lain yang memang diperlukan saat ISMAFARSI Award berlangsung. Di moment  inilah kekonyolan dan sikap humoris para anggota PSE terjadi lagi. Saya merasa bersyukur bisa dipertemukan dengan tim PSE. Persiapan untuk ISMAFARSI Award ini hanya diberikan waktu oleh panitia hingga jadwal ISHOMA selesai. Setelah itu saya kembali ke dalam gedung untuk menyaksikan final lomba debat. Final debat mempertemukan tim UI dengan tim UB untuk memperebutkan juara 3 dan tim UI dengan tim ITB untuk memperebutkan juara 1 dan 2. Saat perebutan juara 3, debat berlangsung kurang menarik. Hal ini juga disampaikan oleh sang juri. Namun saat perebutan juara 1 dan 2, saya menyaksikan bagaimana panasnya debat berlangsung hingga berpikir bahwa kedua tim (baik pro maupun kontra) memiliki argumen yang sama-sama kuat. Pemenang debat diumumkan saat debat berakhir, hal tersebut berbeda dengan kategori lomba yang lain. Juara 3 dimenangkan oleh UB, juara 2 oleh UI dan juara 1 dimenangkan oleh ITB. Sang juri juga menyampaikan alasan-alasan mengapa juara tersebut dimenangkan oleh masing-masing univ. Alasan yang sangat penting dan dapat menjadi masukan bagi saya adalah ‘saat debat, kita harus mempersilahkan tim lawan untuk mematahkan argumen yang kita jelaskan. Jika kita tidak mempersilahkan sama saja kita speech bukan berdebat’. Final debat ini juga mengajarkan saya bagaimana teknis debat sesungguhnya. Setelah semua final lomba dilaksanakan, saya dan peserta lain berpindah tempat ke penginapan di Bina Marga Bandung. Setibanya disana, tim PSE berkumpul kembali melanjutkan persiapan ISMAFARSI Award. Kami berkumpul sejak pukul ± 19.30 WIB hingga pukul 02.00 WIB.
 
Teman sekamar selama di penginapan Bina Marga, Bandung

TIM PSE menyiapkan ISMAFARSI Award

Esok harinya (14 Agustus 2015), peserta PIMFI melaksanakan kegiatan GPPed (Good Pharmacy Practice Education) dan GMPed (Good Manufacturing Product Education). Setiap universitas yang mengikuti kegiatan PIMFI ini memiliki kesempatan mengikuti GPPed dan GMPed dengan kuota masing-masing 50% dari setiap pengiriman delegasi. Karena dari UIN Jakarta ada 6 orang, sehingga 3 orang mengikuti GPPed (Saya, Ka Windi, dan Ka Apri) sementara 3 lainnya mengikuti GMPed (Vivi, Nida dan Naya). Gpped dilaksanakan di rumah sakit Santosa daerah Kopo, Bandung. Sementara GMPed dilaksanakan di 2 industri farmasi, yaitu Biofarma dan Kimia Farma. Namun, delegasi dari UIN Jakarta sama-sama mengikuti GMPed di Biofarma. Karena saya hanya mengikuti GPPed, jadi saya hanya dapat berbagi cerita tentang GPPed.
Tiba di RS Santosa, saya langsung menuju ruang dimana seminar dan talkshow GPPed akan dilaksanakan. Sekedar informasi bahwa RS Santosa di daerah Kopo merupakan rumah sakit Santosa yang kedua, sementara yang pertama berada di Bantarjati. RS Santosa merupakan salah satu RS Internasional di Indonesia. Pemateri seminar GPPed adalah mahasiswa yang pernah mengikuti GPPed Internasional di Taiwan yaitu ka Khairisa Putri dari UNPAD dan ka Putri Karisma dari ITB. Materi yang mereka bawakan juga merupakan materi GPPed Internasional. Setelah seminar dilaksanakan, dilanjutkan dengan Talkshow yang menghadirkan praktisi, akademisi, dan pihak pemerintah. Untuk mengasah kemampuan berpikir peserta, diadakan focus group discussion (FGD) setelah talkshow berlangsung. Saya juga berkesempatan untuk mengunjungi instalasi farmasi yang berada di RS Santosa dan bagian radiofarmasi. Ini untuk pertama kalinya saya masuk ke dalam proses persiapan obat dalam instalasi farmasi rumah sakit (IFRS). Sayangnya peserta tidak diizinkan untuk mengambil foto saat visit rumah sakit berlangsung. Di instalasi farmasi rumah sakit, apoteker yang bertugas menjelaskan bagaimana proses obat dikeluarkan dari instalasi farmasi kepada pasien. Mulai dari datangnya resep hingga obat berada di tangan pasien. Selain itu, apoteker juga menjelaskan teknis penyimpanan obat di IFRS tersebut dengan warna label yang berbeda pada setiap lemari penyimpanan. Di IFRS tersebut juga terdapat sebuat alat yang berfungsi mengantarkan obat yang dibutuhkan cepat oleh dokter ke dalam ruangan tertentu. Hanya dengan hitungan detik, obat tersebut tiba di dalam ruang perawatan/ruang tindakan tertentu. Tapi tidak semua obat dapat diantarkan dengan alat tersebut. Setelah dari IFRS, kunjungan saya selanjutnya adalah radiofarmasi. Yaitu ruang CT Scan, MRT dan satu lagi saya lupa. Disana saya dijelaskan tentang proses check lab yang menggunakan teknologi canggih dan obat kontras. Hasilnya lab tersebut sama seperti hasil rontgen, hanya saja organ atau kelainan yang dideteksi lebih terlihat jelas dan alat-alat tersebut hanya digunakan untuk diagnosis beberapa kelainan pada organ dalam tertentu. Selain diisi oleh kegiatan GPPed, dalam kesempatan GPPed tersebut juga dilaksanakan deklarasi Patient Counseling Community (PCC). Deklarasi tersebut merupakan salah satu bukti bahwa setiap universitas memang merasakan bahwa adanya PCC di setiap univ dinilai penting demi kehidupan profesi farmasi di masa depan. Dipimpin oleh ka Risni selaku Staff Ahli PSE, deklarasi dilakukan tanpa paksaan.
 
Kegiatan GPPed
Malam harinya, kegiatan PIMFI diisi dengan gala night dinner dan ISMAFARSI Award. Saat gala night, setiap wilayah yang menjadi bagian dari ISMAFARSI mempersembahkan penampilan khas daerahnya. Dan wilayah saya JABODELATA, mempersembahkan tarian betawi lengkap dengan musiknya, lalu menyanyikan lagu diatas awan karya band NIDJI sebagai soundtrack video kegiatan-kegiatan wilayah yang ditampilkan. Selain penampilan daari setiap wilayah, acara gala night juga diisi dengan pemberian trofi ISMAFARSI Award kepada pemenang. Dengan persiapan yang menurut saya sudah matang, alhamdulillah pelaksanaan ISMAFARSI Award berjalan sesuai yang direncanakan. Saat itu juga, diberikan hadiah pemenang lomba. Sedihnya adalah dari UIN Jakarta belum berhasil mendapatkan trofi apapun malam itu.
15 Agustus 2015 menjadi hari terakhir saya berkegiatan di PIMFI. Kegiatan yang dilakukan adalah Bandung trip dengan tujuan beberapa tempat bersejarah di kota Bandung seperti gedung sate, KAA, dll. Tapi nyatanya panitia hanya mengajak saya dan peserta lain ke Cihampelas (pusat oleh-oleh) karena kendala tertentu. Pil kecewa kembali saya telan. Akhirnya, saya hanya berputar disekitar Cihampelas saja dan mencoba kuliner khas Bandung yaitu mie kocok. Saya tidak banyak membeli oleh-oleh dikarenakan Bandung yang letaknya berdekatan dengan Jakarta dan seringnya saya dan keluarga mengunjungi kota ini. Sore hari tiba, saya beserta peserta lain kembali ke penginapan. Malam harinya, saat peserta lain memutuskan untuk keliling daerah Bandung, saya hanya berada di penginapan. Menantikan kunjungan senior ke penginapan. Esok harinya, pukul 09.00 WIB saya beserta rombongan UIN Jakarta lain kembali ke Jakarta.

  
Itulah sedikit cerita PIMFI yang bisa saya share  kepada kalian yang membacanya. Semoga cerita ini dapat memberikan feedback yang bermanfaat. Dalam cerita tersebut, mungkin saya hanya bisa menyampaikan 3 poin pembelajaran yang didapat dari pengalaman, tapi ketahuilah bahwa setiap kegiatan positif, pasti akan memberikan pengalaman yang positif pula sehingga didapatkan pembelajaran positif tersendiri untuk diri ini yang masih kaya akan kekurangan. Dan setiap kejadian yang saya alami di PIMFI menjadi pembelajaran bagi diri saya sendiri, mesikipun tidak semua hal pembelajaran tersebut dapat saya ceritakan kepada kalian yang membaca tulisan ini. Saya hanyalah mahasiswa yang ingin berbagi dan bermanfaat bagi orang lain, jika memang tulisan ini menyinggung perasaan atau kalian yang membaca memiliki kritik dan saran bagi saya silahkan sampaikan secara personal ke saya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Best Regard,

Zuha Yuliana

Komentar